Minggu, 06 November 2016

inves Rp 1 Juta per bulan Schroder 90 Plus equity fund sejak 2011 ... 061116



kayaknya 2016 menjadi awal bagus bwat inves 1 jt per bulan @ Schroder 90 plus lage:


per tgl 04 Nov 2016:


per tgl 07 Okt 2016:






per tgl 05 Agustus 2016:


per tgl 06 Juni 2016:

per tgl 07 Apr 2016:



per tgl 04 Mar 2016:

per tgl 07 Okt 2015:


per tgl 11 Sep 2015:


per tgl 04 Mei 2015:

Jumat, 12 Agustus 2016

Kinerja MI (manajer investasi)... 120816


 2 BULAN MENUJU KESTABILAN ihsg 2015



JAKARTA. Sebagian reksadana campuran mencetak imbal hasil (return) terbesar sepanjang Juli 2016.
Mengacu data Infovesta Utama, rata-rata return reksadana campuran yang tercermin pada Infovesta Balanced Fund Index tumbuh 3,29% dibanding bulan Juni atau month on month. Periode sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menanjak 3,97% (MoM).
Adapun sepanjang Juli 2016, kinerja pasar obligasi pemerintah (Infovesta Government Bond Index) melaju 2,49% (MoM). Sementara pasar obligasi korporasi (Infovesta Corporate Bond Index) tumbuh 0,88% (MoM).
Dari ratusan reksadana campuran, performa sebagian produk cukup cerah.
Berikut 10 produk reksadana campuran dengan return tertinggi pada Juli 2016 :
1. Panin Dana Unggulan 6,69%
2. Net Dana Flexi 6,56%
3. SAM Dana Bersama 6,13%
4. Pratama Mandiri Berimbang 5,83%
5. SAM Dana Berkembang 5,64%
6. Simas Satu Prima 5,62%
7. Pratama Syariah Imbang 5,58%
8. BNP Paribas Integra 5,26%
9. Maybank Dana Fleksi 5,06%
10. CIMB-Principal Balanced Strategic Plus 5,04%

JAKARTA. Sebagian reksadana campuran mencetak imbal hasil (return) mini sepanjang Juli 2016.
Mengacu data Infovesta Utama, rata-rata return reksadana campuran yang tercermin pada Infovesta Balanced Fund Index tumbuh 3,29% dibanding bulan sebelumnya. Periode sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menanjak 3,97% (MoM).
Adapun sepanjang Juli 2016, kinerja pasar obligasi pemerintah (Infovesta Government Bond Index) melaju 2,49% (MoM). Sementara pasar obligasi korporasi (Infovesta Corporate Bond Index) tumbuh 0,88% (MoM).
Dari ratusan reksadana campuran, performa sebagian produk cukup rendah.
Berikut 10 produk reksadana campuran dengan return terkecil pada Juli 2016 :
1. Millenium Campuran -2,05%
2. Millenium Balance Fund -1,82%
3. Cipta Nusantara Syariah Berimbang -0,7%
4. Harvestindo Istimewa 0,03%
5. Insight Bright (I-BRIGHT) 0,03%
6. Capital Balanced Fund 0,18%
7. Equator Alpha 0,21%
8. Mega Dana Kombinasi 0,28%
9. Danamas Fleksi 0,56%
10. Jisawi Kombinasi 0,72%
Maggie Quesada



Jakarta. Guna mendongkrak imbal hasil, para manajer investasi jeli dalam menghimpun sektor saham yang berpeluang melaju. Strategi ini juga yang diterapkan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) dalam meracik produk reksadana saham Manulife Saham Andalan.
Direktur Investasi PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Alvin Pattisahusiwa mengungkapkan, perusahaan mengalokasikan dana pada sektor saham properti, telekomunikasi, serta sektor saham yang berkaitan dengan infrastruktur.
Sebab, ketiga sektor saham tersebut berpotensi mengais cuan dari penurunan suku bunga acuan serta tambahan likuiditas dari kebijakan pengampunan pajak alias tax amnesty.
Sejak awal tahun 2016, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebanyak empat kali dengan total nilai 100 bps ke level 6,5%. BI juga melonggarkan kebijakan loan to value (LTV) kredit properti.
Adapun Undang-Undang Tax Amnesty mulai berlaku sejak 1 Juli 2016. Dana yang selama ini bergulir di luar negeri berpeluang mengalir kembali ke dalam negeri. Bahkan, pemerintah memprediksi bakal ada tambahan penerimaan pajak hingga Rp 165 triliun jika peraturan tax amnesty berjalan lancar.
"Stock picking berjalan cukup baik. Pada masa awal pemulihan ekonomi seperti di tahun 2016, kami menempati sektor saham yang bisa melaju bersama siklus ekonomi," terangnya.
Mengacu fund fact sheet per Juni 2016, mayoritas aset Manulife Saham Andalan diparkir pada sektor keuangan yakni 33,2%. Sisanya sektor lain 32,96%, consumer staples 20,93%, serta consumer discretionary 12,91%.
Strategi ini terbilang berhasil. Buktinya, secara year to date hingga Juni 2016, Manulife Saham Andalan mencetak return 11,54%. Angka tersebut mengungguli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh 9,22% serta rata-rata returnreksadana saham (Infovesta Equity Fund Index) yang mencapai 9,6% periode sama.

Alvin berharap, hingga pengujung tahun 2016, kinerja Manulife Saham Andalan bakal mampu melampaui performa pasar saham domestik. Ia mengaku, perusahaan akan tetap fokus pada sektor saham properti, telekomunikasi, dan yang berkaitan dengan infrastruktur.
MAMI juga belum berencana menggeser porsi saham dalam produk reksadana saham ini. Per Juni 2016, efek saham pada Manulife Saham Andalan tercatat 97,06%. Sisanya berupa instrumen pasar uang 2,94%.
Racikan tersebut sesuai dengan kebijakan investasinya. Perusahaan memang leluasa menempatkan dana pada efek saham 80% - 100%, obligasi 0% - 20%, serta instrumen pasar uang 0% - 20%.
"Memang kami investasi untuk jangka panjang. Tapi kami juga waspada dan lincah dalam menyesuaikan momentum di pasar. Banyak hal yang terjadi dalam jangka pendek," ujarnya.
Per 22 Juli 2016, Manulife Saham Andalan telah diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.886,49. Adapun per Juni 2016, reksadana saham ini telah meraup dana kelolaan Rp 1,57 triliun.
Nah, investor yang berminat mengoleksi reksadana tersebut dapat melakukan pembelian awal minimal Rp 100.000. Pembelian selanjutnya juga minimum Rp 100.000.
Perusahaan mengutip biaya pengelolaan maksimal 2,5% per tahun. Ada pula biaya kustodian maksimal 0,25% per tahun. Produk yang mulai ditawarkan sejak 1 November 2007 ini menggunakan bank kustodian The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) cabang Jakarta.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo meramal, sepanjang tahun 2016, Infovesta Equity Fund Index berpotensi mencapai 11% - 15%.


Bisnis.com, JAKARTA— Dua produk baru reksa dana terproteksi siap meluncur seiring telah didpatkannya izin penerbitan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hari ini, Rabu (15/6/2016).
Pengumuman Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyebutkan bahwa dua produk baru reksa dana terproteksi yang diterbitkan oleh dua manajer investasi baru saja dapat izin efektif dari OJK.
Dua produk tersebut yakni, pertama Batavia Proteksi Gebyar III yang diterbitkan oleh PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen. Bertindak sebagai bank kustodian adalah Bank BCA.
Kedua, produk reksa dana terproteksi besutan PT BNI Asset Management yang dibei nama Reksa Dana Terproteksi BNI-AM Proteksi Taruna. Adapun, bertindak sebagai bank kustodian adalah Bank Mega.



Bisnis.com, JAKARTA - Industri reksa dana terus diwarnai beragam produk baru. Hari ini, ada sekitar 10 produk reksa dana baru yang diterbitkan 10 manajer investasi yang baru saja mendapatkan izin penerbitan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Apa sajakah?
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sekitar 10 produk reksa dana baru dari 10 manajer investasi (MI) baru saja mendapatkan izin efektif dari OJK. Kesepuluh produk tersebut adalah pertama, produk reksa dana terproteksi dengan nama Schroder IDR Income Plan III besutan PT Schroder Investment Management Indonesia.
Kedua, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen yang menerbitkan reksa dana campuran, yakni Reksa Dana Batavia Campuran Utama. Bertindak bank kustodian adalah Bank Mega.
Ketiga, PT Danareksa Investment Management yang menerbitkan Reksa Dana Terproteksi Danareksa Proteksi 32. Bertindak sebagai bank kustodian adalah Bank Mega.
Keempat, ada produk Reksa Dana Syariah Penyertaan Terbatas Cipta Syariah Jasa SA yang dikelola oleh PT Ciptadana Asset Management. Bank Mega merupakan bank kustodian yang dipilih.
Kelima, ada PT Lautandhana Investment Management yang menerbitkan reksa dana campuran bernama Reksa Dana Lautandhana Balanced Income Fund.
Keenam, ada PT Asanusa Asset Management yang menerbitkan reksa dana pasar uang dengan nama Reksa Dana Asanusa Treasury Moneyfund. Bertindak sebagai bank kustodian adalah Bank Maybank Indonesia Tbk.
Ketujuh, ada produk reksa dana saham milik PT Pratama Capital Assets Management dengan nama Reksa Dana Pratama Dana Andalan Saham.
Kedelapan, ada PT Pinnacle Persada Investama yang juga menerbitkan reksa dana saham dengan nama Reksa Dana Pinnacle Dana Prima.

Kesembilan, ada reksa dana terproteksi milik PT GMT Aset Manajemen yang diberi nama Reksa Dana Terproteksi Maybank CPF VII. Terakhir atau kesepuluh, PT Mandiri Manajemen Investasi dengan produk baru reksa dana terproteksi, yakni Reksa Dana Terproteksi Mandiri Seri 55.


Analis pasar modal dari Danareksa Capital, Guntur Tri Hariyanto menilai bahwa tren pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masih melambat mempengaruhi kinerja instrumen investasi reksa dana jenis saham dan campuran.”Secara umum, kinerja saham di dalam negeri mengikuti kondisi global, situasi itu yang memberi pengaruh negatif pada kinerja reksa dana, terutama jenis saham," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Selama Mei, lanjut dia, industri reksa dana mengalami tekanan baik secara domestik maupun global. Namun, kinerja negatif reksa dana saham masih lebih baik dibandingkan estimasi pasar yang sekitar 1%. Berdasarkan data perusahaan riset PT Infovesta Utama, menunjukkan rata-rata kinerja Reksa dana Saham minus 0,08% pada periode Mei tahun ini.

Ke depan, dirinya optimistis, kinerja IHSG BEI akan membaik seiring dengan fokus pemerintah yang terus mendorong pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah agar mendorong ekonomi, yang akhirnya dapat berdampak positif pada instrumen reksa dana.”Pembangunan infrastruktur yang merata di daerah akan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional," kata Guntur.

Dia mengharapkan bahwa langkah-langkah yang telah dikeluarkan pemerintah berupa paket kebijakan ekonomi dari I hingga XII dapat segera terealisasi sehingga dapat terasa pada instrumen investasi di dalam negeri. (bani)

http://www.neraca.co.id/article/70438/tren-ihsg-hambat-kinerja-reksa-dana





Sumber : NERACA.CO.ID


JAKARTA. Nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan industri reksa dana sepanjang Mei 2016 tumbuh tipis 1,27% dibandingkan bulan sebelumnya.

Berdasarkan data Pusat Informasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NAB industri reksa dana per Mei 2016 tercatat Rp291,84 triliun atau tumbuh 1,27% dibandingkan dengan pencapaian per April 2016 yang senilai Rp288,18 triliun.

Adapun, sepanjang tahun berjalan ini, dana kelolaan industri reksa dana tumbuh 12,76% dari Rp258,81 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp291,84 triliun pada Mei 2016.

Sementara, unit penyertaan reksa dana per Mei 2016 tercatat 206,04 miliar unit, naik tipis dari bulan sebelumnya yang 201,22 miliar unit penyertaan.

http://market.bisnis.com/read/20160606/92/554723/dana-kelolaan-reksa-dana-tumbuh-tipis-127-sepanjang-mei-2016




Sumber : BISNIS.COM


INILAHCOM, Jakarta - Analis pasar modal Guntur Tri Hariyanto menilai bahwa tren pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masih melambat mempengaruhi kinerja instrumen investasi reksa dana jenis saham dan campuran.
"Secara umum, kinerja saham di dalam negeri mengikuti kondisi global, situasi itu yang memberi pengaruh negatif pada kinerja reksa dana, terutama jenis saham," ujar Guntur Tri Hariyanto yang juga analis di Danareksa Capital di Jakarta, akhir pekan ini.
Selama Mei, lanjut dia, industri reksa dana mengalami tekanan baik secara domestik maupun global. Namun, kinerja negatif reksa dana saham masih lebih baik dibandingkan estimasi pasar yang sekitar 1 persen.
Berdasarkan data perusahaan riset, PT Infovesta Utama, menunjukkan rata-rata kinerja Reksa dana Saham minus 0,08 persen pada periode Mei tahun ini.
Ke depan, ia optimistis kinerja IHSG BEI akan membaik seiring dengan fokus pemerintah yang terus mendorong pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah agar mendorong ekonomi, yang akhirnya dapat berdampak positif pada instrumen reksa dana.
"Pembangunan infrastruktur yang merata di daerah akan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional," kata Guntur Tri Hariyanto.
Ia mengharapkan bahwa langkah-langkah yang telah dikeluarkan pemerintah berupa paket kebijakan ekonomi dari I hingga XII dapat segera terealisasi sehingga dapat terasa pada instrumen investasi di dalam negeri.
Sementara itu Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Friderica Widyasari Dewi mengatakan bahwa pihaknya sebagai regulator akan membangun infrastruktur untuk pelaku industri reksa dana dengan mengimplementasikan S-Invest.
"Dalam waktu dekat salah satu rencana strategis KSEI yaitu pengembangan infrastruktur untuk pelaku industri reksa dana di Indonesia (S-Invest) akan diimplementasikan KSEI tahun ini," katanya.
Ia mengemukakan bahwa KSEI juga telah membentuk divisi khusus untuk S-Invest sejak tahun lalu yakni Divisi Jasa Penyedia Infrastruktur. [tar]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2300541/reksa-dana-kena-getah-pelambatan-ihsg#sthash.N3L2JCpN.dpuf


JAKARTA — Asosiasi Manajer Investasi Indonesia meminta pemerintah dapat menerapkan pajak penghasilan (PPh) final atas keuntungan investasi melalui instrumen reksa dana.
Ketua Umum Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII) sekaligus Direktur Utama PT Bahana TCW Investment Management Edward P. Lubis menuturkan investor reksa dana masih dibebankan oleh PPh berganda.
Utamanya, lanjut Edward, PPh yang dikenakan atas penghasilan dividen, penghasilan selisih kurs, dan penghasilan dari hasil investasi di luar negeri.
"Bagi reksa dana masih berlaku aturan pajak nonfinal. Artinya, ada beban dan perlakuan yang tidak merata terhadap investor reksa dana," ungkapnya dalam keterangan resmi, Senin (23/5).
Dengan tarif pajak nonfinal, lanjut Edward, investor reksa dana dapat menghindari PPh dengan melepaskan kepemilikan unit sebelum masa pelaporan dan perhitungan pajak.
Di sisi lain, investor reksa dana yang memegang unit penyertaan saat masa pelaporan dan perhitungan pajak diwajibkan menanggung beban PPh.
"Tentu hal ini akan menimbulkan ketidakadilan bagi para investor reksa dana. Dengan pengenaan pajak final, masalah ini akan terselesaikan karena pajak akan dibebankan kepada para investor reksa dana akan sama," kata Edward.
Salah satu produk reksa dana yang berisiko terbebani pajak berganda adalah reksa dana saham syariah offshore. Pasalnya, portofolio reksa dana ini mayoritas merupakan efek saham di luar negeri dan berdenominasi dolar AS.
Edward mengatakan sebagai produk yang diinvestasikan di luar negeri, aturan perpajakan reksa dana jenis ini relatif lebih rumit dibandingkan dengan reksa dana domestik. Apalagi ada perbedaan mata uang dan pasar saham dalam transaksi investasi produk ini.
Akibatnya, pungutan pajak penghasilan yang dikenakan atas imbal hasil investasi ini pun ditarik sebanyak dua kali (double tax). "Kalau saham kan sudah PPh final. Nah reksa danaoffshore masih ada komplikasi soal pajaknya," kata Edward.
Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto menilai aturan perpajakan untuk reksa dana berdenominasi rupiah sudah bagus. Sementara itu, aturan pajak untuk reksa dana offshore diakui sangat tergantung pada perjanjian tax treaty antara pemerintah Indonesia dengan negara lain.
"Khusus untuk reksa dana syariah offshore itu memang perlu tax treaty yang lebih luas lagi. Kalau tidak memang jadi disinsentif karena pajak berganda. Tetapi untuk reksa dana lokal, sistem pajaknya sudah lumayan bagus," ujarnya, Senin (23/5).
Menurutnya, saat ini pajak final sudah ditetapkan pada reksa dana transaksi saham, obligasi, dan deposito. Namun, pajak progresif masih diterapkan pada pajak penghasilan badan, dalam hal ini perusahaan manajer investasi.
"Yang sedang dikaji itu soal joint cost allocation. Sudah ada pembicaraan insentif dengan pihak-pihak terkait. Semoga segera ada kabar baik," imbuhnya.
Terkait wacana penghapusan pajak atas instrumen obligasi pemerintah yang menampung dana repatriasi tax amnesty, Rudiyanto mengungkap hal tersebut menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap industri reksa dana.
Dampak positif akan dirasakan oleh reksa dana yang mengantongi obligasi pemerintah sebagai portofolio mayoritasnya.
Di sisi lain, reksa dana terproteksi diproyeksi kehilangan daya tarik. Pasalnya, investor akan menikmati tarif pajak yang sama rendah apabila membeli obligasi pemerintah secara langsung.
BENAHI ADMINISTRASI
Edward juga mengharapkan pemerintah segera membenahi administrasi pajak agar instrumen investasi Indonesia menarik bagi para pemilik dana, termasuk investor yang memarkir dananya di luar negeri dan hendak memanfaatkan kebijakan tax amnesty.
Dia menuturkan sejumlah investor memilih untuk berinvestasi di luar negeri agar terhindar dari rumitnya administrasi pajak di Indonesia.
Di luar negeri, kata Edward, investor membayar pajak dengan ketentuan yang jelas, tidak membayar pajak penghasilan atas keuntungan selisih kurs, serta dana yang disimpan dapat dengan mudah ditarik untuk mendanai kegiatan bisnis.
"Sementara itu, aturan pajak investasi di dalam negeri masih berpotensi memberikan disinsentif bagi para investor," ungkapnya.
Edward mencontohkan, investor surat utang negara berdenominasi dolar Amerika Serikat menikmati insentif pajak ditanggung pemerintah. Namun, insentif tersebut tidak diterima oleh investor obligasi valas yang diterbitkan BUMN.
"Investor obligasi valas BUMN justru dikenakan pajak berlapis. Aturan pajak itu berpotensi membuat investor enggan membeli obligasi korporasi," ujarnya.
Tak hanya obligasi valas BUMN, instrumen investasi yang dibeli di luar negeri pun berisiko menanggung pajak ganda. Transaksi pembelian instrumen investasi dikenakan pajak di luar negeri, lantas dipungut pajak di dalam negeri ketika instrumen tersebut masuk ke dalam portofolio aset di Indonesia dan memberikan penghasilan investasi.
Pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan dengan menerapkan perjanjian pajak atau tax treaty yang dijalin pemerintah dengan sejumlah negara. Dengan tax treaty, pembayaran pajak di luar negeri dapat menjadi kredit pajak di dalam negeri.
"Kenyataannya, tidak mudah mendapatkan fasilitas tax treaty tersebut," paparnya.
Edward menambahkan pembenahan administrasi pajak ini harus dilakukan agar berinvestasi di dalam negeri menjadi sama atau lebih menarik dibanding dengan berinvestasi di luar negeri. Apalagi pemerintah segera menggulirkan kebijakan tax amnesty yang payung hukumnya sedang dimatangkan bersama DPR.
Menurutnya, pemerintah perlu menegaskan bahwa pemanfaatan kebijakan tax amnesty akan lebih menguntungkan ketimbang berhadapan dengan penegakan hukum yang akan diberlakukan pada masa datang.
"Keyakinan para wajib pajak dapat tumbuh antara lain jika pemerintah juga mengerjakan pekerjaan rumahnya, seperti menyediakan insentif pajak menarik, kejelasan prosedur dan administrasi pajak, terutama pajak investasi," tegasnya. 

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja reksa dana campuran Asanusa Amanah Syariah Fund besutan PT Asanusa Asset Management mampu mencatat return 11,6% sepanjang tahun berjalan ini.
Presiden Direktur PT Asanusa Asset Management Siswa Rizali mengatakan dengan strategi yang berbasis pada analisa fundamental dan valuasi perusahaan, serta kombinasi alokasi aset taktis, reksa dana campuran dapat menjadi alternatif utama berinvestasi di tengah bursa yang bergejolak.
Alokasi aset taktis memungkinkan reksa dana campuran Asanusa Asset Management mengambil resiko yang lebih terjaga dengan tetap memberikan return yang lebih baik dari indeks harga saham gabungan (IHSG).
Menurutnya, Asanusa Amanah Syariah Fundtelah memperoleh return 11,6% sepanjang tahun 2016 per 29 April. Kinerja ini jauh di atas kinerja Jakarta Islamic Index (JII), yang naik sekitar 8,5% (termasuk dividen).
“Asanusa Amanah Syariah Fundmenjadi reksa dana campuran dengan kinerja terbaik nomor 5 diantara 100 reksadana campuran yang dipantau oleh Bloomberg,” jelasnya, Selasa (3/5/2016).
Adapun, kinerja jangka panjang Asanusa Amanah Syariah Funduntuk periode 1 tahun dan 3 tahun masing-masing mencapai 2,8%/tahun dan 2,3% atau diatas kinerja Jakarta Islamic Index yang masing-masing naik 0,1% dan 1,3%.
Untuk diketahui, reksa dana Asanusa Amanah Syariah Fund memperbesar alokasi investasi di surat berharga syariah negara (SBSN) sejak pertengahan 2015.  Alokasi SBSN mencapai porsi 41% dari portofolio. SBSN yang dipilih bertenor panjang, yaitu seri PBS005, dengan tenor 27tahun.
Sedangkan, alokasi investasi saham dominan di saham berkapitalisasi besar, yaitu: ASII, TLKM, UNVR, dan ICBP. Saham-saham berkapitalisasi besar dengan fundamental yang baik diperkirakan dapat lebih bertahan di tengah gejolak ekonomi dengan potensi pemulihan harga yang lebih cepat.

kontan BANDUNG. Langkah baru diambil oleh PT Manulife Asset Manajemen Indonesia (MAMI) untuk kian dekat dengan investornya. Perkara jarak diretas MAMI untuk menjangkau calon investor di daerah yang masih belum memiliki kantor cabang MAMI melalui kehadiran platform www.klikmami.com.
"Saat ini kita memang hanya di 5 kota dan belum punya rencana menambah kantor cabang baru," kata Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur MAMI di Eduplex Bandung, Sabtu (23/4). Memang selain kantor cabang, produk investasi MAMI juga tersedia di 20 mitra yang 18 diantaranya adalah perbankan. Lima kota tersebut didasarkan pada domisili klien terbanyak.
Dengan kehadiran klikmami.com maka jarak tempuh penjualan produk kian jauh. "Ada permintaan tinggi terutama dari media sosial untuk menyediakan layanan jual beli reksadana online maka klikmami.com kami hadirkan," jelas Legowo.
Dalam rangka memperkenalkan klikmami.com lebih dekat, MAMI akan menggelar roadshow lanjutan ke Jogjakarta, Semarang, Medan dan Surabaya. "Sekarang zaman serba online, walau memang kehadiran personal tetap tidak tergantikan. Tapi kami percaya ini cara menggaet investor yang efektif untuk sekarang dibanding tambah kantor baru," terang Legowo.
Selain mengharapkan bisa menggaet 13.500 investor baru di tahun 2016 ini, MAMI juga optimis dana kelolaan yang didapat akan meningkat. "Melihat outlook sepanjang kuartal satu 2016 ini sudah jelas bahwa aktivitas ekonomi Indonesia lebih baik tentunya imbas ke kami pun lebih positif," kata Putut E. Andanawarih, Direktur Pengembangan Bisnis MAMI.
Pada kesempatan ini MAMI juga menekankan pada produk reksadana manulife dana kas yang merupakan bagian dari reksadana pasar uang. "Targetnya masyarakat sudah pernah dan punya tabungan. Edukasinya sederhana bahwa tabungan itu nggak cukup untuk masa depan, penting untuk pindahkan ke pasar uang," ujar Putut.
Namun bukan berarti klikmami.com hanya menyediakan produk reksadana pasar uang. "Kami tetap sediakan semuanya," ujar Legowo. 

Untuk saat ini investor MAMI yang aktif dan memiliki saldo aktif sebanyak 60.000 investor. Mayoritas datang dari investor retail dan hanya 100 yang berasal dari institusi. "Namun dana kelolaan paling besar memang datang dari institusi," kata Legowo.



Jakarta- PT Schroders Investment Management Indonesia dianugerahi penghargaan untuk produk Reksa Dana Saham Terbaik dalam 3 acara penghargaan bergengsi yaitu di acara “Best Mutual Fund 2016” oleh Majalah Investor dan Infovesta, APRDI-Bloomberg Indonesia Fund Awards , dan Evaluasi Kinerja Reksa Dana dan Daftar Reksa Dana Terbaik Versi APERKEI (Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia).
Pada 3 kesempatan yang berbeda dalam 1 bulan terakhir ini, Schroders Indonesia mengantongi penghargaan untuk Produk Reksa Dana Saham Terbaik yaitu Schroders Dana Prestasi Plus untuk periode 1 tahun dengan kelas aset >1,5 trilliun, Schroder Dana Prestasi untuk periode 3 tahun dan 5 tahun dengan kelas aset >1,5 trilliun dalam Best Mutual Fund 2016, kemudian untuk Schroder Dana Prestasi sebagai Best Equity Fund (AUM>600 B) untuk periode 3 tahun, dan Schroder Dana Prestasi Plus sebagai Best Equity Fund (AUM>500B) untuk periode 1 tahun di acara APRDI-Bloomberg Award, dan terlebih Schroder Prestasi Plus menjadi The Best Equity Mutual Fund Overall di acara Reksa Dana terbaik APERKEI.
Acara Best Mutual Fund 2016, APRDI-Bloomberg dan Reksa Dana terbaik APERKEI adalah ajang penghargaan tahunan bergengsi dimana perusahaan aset manajemen terbaik di Indonesia diikutsertakan untuk dinilai oleh para dewan juri.
Kriteria evaluasi sendiri yang umum digunakan dari ketiga penghargaan ini adalah berdasarkan metode kuantitatif yaitu sharpe ratio dan pertumbuhan unit.
Penghargaan-penghargaan ini kembali mengukuhkan keberadaan Schroders sebagai Fund Manager terbesar yang memiliki produk-produk reksa dana saham dengan performa unggul di Indonesia. Schroders Indonesia memiliki fokus dalam pengelolaan asset, yang didukung oleh tim investasi yang kuat dan inovasi produk yang baik.
"Kami menyambut baik penghargaan atas kinerja produk-produk tersebut yang memang selalu kami kelola supaya secara konsisten memiliki kinerja lebih baik daripada tolok ukurnya," ucap Michael T Tjoajadi Presiden Direktur PT Schroders Investment Management Indonesia dalam siaran persnya, Selasa (15/3). 
Lona Olavia/MER

Suara Pembaruan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kinerja reksadana saham syariah belum mampu mengalahkan indeks acuan. Dari total 25 reksadana saham syariah yang ada di pasar, rata-rata return periode year to date (ytd) 16 Maret 2016 tercatat 6,5%.
Kinerja tersebut masih di bawah acuan yaitu, Jakarta Islamic Index (JII) sekitar 10,38%. Demikian juga dengan Indeks Saham Syariah Indonesia yang mencapai 8,66% pada periode yang sama.
Meski demikian, masih ada sejumlah produk yang kinerjanya di atas rata-rata. Berikut lima reksadana saham syariah berkinerja terbaik berdasarkan data Infovesta Utama periode ytd 16 Maret 2016:
1. Sucorinvest Sharia Equity Fund : 11,83%.
2. PNM Ekuitas Syariah : 10,83%
3. Trim Syariah Saham : 9,9%.
4. MNC Dana Syariah Ekuitas: 9.8%
5. Maybank Syariah Ekuity Funt : 9,6%
Reporter: Wahyu Satriani 


Sementara itu, Pemimpin Redaksi Majalah Investor Primus Dorimulu menjelaskan, pelaku industri RD mencanangkan target lima juta investor dan Rp 1.000 triliun dana kelolaan pada 2017. Per Desember 2015, terdapat 500 ribu rekening. Jumlah investor individu yang riil sekitar 250 ribu.

Melalui Peraturan OJK No 39/POJK.04/2014 tentang Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD), jalur distribusi penjualan RD bisa melalui perusahaan bidang pos dan giro, pegadaian, perasuransian, pembiayaan, dana pensiun, dan penjaminan, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Surat Edaran OJK nomor 7/SEOJK.04/2014 juga dikeluarkan untuk mempermudah aturan mengenai Penerapan Pelaksanaan Pertemuan Langsung (face to face) untuk pembukaan rekening RD.

Pembukaan rekening RD bisa dilakukan secara elektronik dengan menggunakan data dari pertemuan langsung yang dilakukan bank umum atau Agen Penjual Efek Reksa Dana.

Belum menyeluruhnya edukasi dan sosialisasi RD kepada masyarakat tercermin pada tingkat literasi yang hanya 0,1% dan jumlah investor RD hanya 250 ribu dari 250 juta penduduk.

Primus menyatakan, MI mengusulkan iuran yang dibayarkan ke OJK dikembalikan ke dalam bentuk sosialisasi dan besaran iuran OJK tidak dihitung dari dana kelolaan, tetapi dari penghasilan MI.

â€Å“Variasi produk reksa dana di Indonesia dinilai masih kurang. Perlu ada pengembangan untuk produk reksa dana berbasis syariah dan valuta asing,” kata dia.

Sejauh ini, 25 MI menguasai pangsa pasar AUM sebesar 90,57%. Artinya, dari total 83 MI, sebanyak 55 MI memperebutkan 9,43% pangsa pasar. Ini menunjukkan, banyak MI yang beroperasi dengan dana kelolaan minim. (*)

http://id.beritasatu.com/home/dana-kelolaan-rp-1000-t-pada-2017/140576




Sumber : INVESTOR DAILY
JAKARTA kontan. Penurunan suku bunga acuan bank sentral atau BI rate ke level 7,25% ikut mengangkat dana kelolaan reksadana. Infovesta Utama mencatat total dana kelolaan naik menjadi Rp 263,49 triliun di akhir Januari 2016 dibandingkan akhir 2015 yang Rp 258,85 triliun.
Analis Infovesta Utama Mark Prawirodidjojo mengatakan penurunan BI rate di pertengahan Januari mengakibatkan aset dasar reksadana pendapatan tetap mengalami kenaikan sehingga mengerek dana kelolaan.
"Di awal tahun ini, turunnya BI rate meningkatkan kinerja pasar obligasi yang menjadi underlying reksdana pendapatan tetap," ujar Mark, Jakarta, akhir pekan lalu.
Data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menunjukkan indeks komposit kinerja obligasi Indonesia atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) berada pada rekor tertinggi pada akhir Januari 2016 di level 188.988 atau naik 5,71 poinmonth on month dari level 183,275 di akhir Desember 2015.
Kondisi tersebut menopang kenaikan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap dari Rp 44,69 triliun di akhir 2015 menjadi Rp 46,37 triliun di Januari 2016. Produk ini juga mengalami penambahan dana atau subscription yang tercermin dari kenaikan unit penyertaan dari 33,16 miliar unit menjadi 34 miliar unit.
Kendati BI rate turun, reksadana pasar uang mencatat pertumbuhan dana kelolaan paling tinggi sepanjang Januari 2016. Dana kelolaan produk ini naik dari Rp 23, 73 triliun menjadi Rp 26,73 triliun di akhir Januari 2016.
Bertambahnya dana kelolaan reksadana pasar uang menurut Mark, disebabkan oleh penambahan dana dari investor. Produk ini mencatat pertumbuhan unit penyertaan paling tinggi dari 20,61 miliar unit menjadi 23,19 miliar unit.
"Diperkirakan karena reksadana pasar uang bersifat defensif sehingga cocok untuk kondisi sekarang, terkait perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan harga minyak yang rendah," ujar Mark.
Lainnya, Lainnya, dana kelolaan reksacana campuran tumbuh tipis dari Rp 19,57 triliun menjadi Rp 19,58 triliun di Januari 2016 dan reksadana terproteksi naik dari Rp 58,89 triliun menjadi Rp 59,41 triliun.
Sedangkan reksadana saham mengalami penurunan dana kelolaan dari Rp 106,811 triliun menjadi Rp 106,25 triliun. Demikian juga dengan reksadana indeks yang turun tipis dari Rp 1,0258 triliun menjadi Rp 1,0258 triliun dan exchange traded fund (ETF) yang turun Rp 4,11 triliun menjadi Rp 4,09 triliun pada periode yang sama.


Reporter Wahyu Satriani
Editor Sanny Cicilia

JAKARTA ID – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diminta untuk merelaksasi peraturan reksa dana dan tidak membuat aturan restriktif sehingga membatasi pengembangan industry ini. OJK juga perlu lebih gencar melaksanakan sosialisasi dan edukasi tentang reksa dana.

Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management Adrian Panggabean menyatakan, industri reksa dana menghadapi sejumlah tantangan yang tidak ringan. Karena itu, dia meminta OJK selaku regulator agar turut mendukung industri ini. Setidaknya, OJK jangan menerbitkan peraturan yang restriktif atau yang dapat membunuh industri reksa dana. “Jika dilakukan, hal itu sudah dapat membantu industri reksadana,” kata dia dalam diskusi “Pemeringkatan Reksadana Majalah Investor” di kantor BeritaSatu Media Holdings di Jakarta, Selasa (19/1).

Namun, kata Adrian, hal terpenting yang harus dilakukan OJK adalah merelaksasi peraturan. Dia mencontohkan, peraturan-peraturan yang restriktif untuk menggaet klien baru sebaiknya dihilangkan. Salah satunya adalah kewajiban manajer investasi dan investor untuk tatap muka fisik dapat dilonggarkan dengan menggunakan teknologi.

“Misalnya bisa dilakukan melalui televisi atau skype, sehingga manajer investasi tidak sulit mencari nasabah baru,” ungkap dia.

Selain itu, otoritas juga jangan membuat wacana baru terkait ketentuan pajak transaksi. “Apabila OJK tidak menerbitkan peraturan baru terkait pajak, itu sangat membantu industry reksa dana,” tuturnya.

Sedangkan Direktur Pengembangan Bisnis Manulife Asset Management Putut Andanawarih mengatakan, OJK perlu membantu manajer investasi dalam hal edukasi dan sosialisasi. “Porsi edukasi dari OJK harus lebih besar,” kata dia.

Menurut Putut, manajer investasi seharusnya bisa mendapatkan manfaat yang cukup besar dari pungutan OJK terhadap manajer investasi. Dana hasil pungutan itu bisa menjadi bagian untuk edukasi dan sosialisasi. Kegiatan- kegiatan itu sangat bermanfaat bagi industri reksa dana. Dalam pandangan dia, manajer investasi seharusnya dapat menggunakan dana pungutan ke OJK untuk edukasi dan sosialisasi. Nantinya, penggunaan dana tersebut dilaporkan kepada OJK.

Selain itu, kata Putut, relaksasi regulasi juga perlu dilakukan OJK. Caranya antara lain dengan membuka pasar Indonesia ke luar negeri sehingga membuat pasar semakin likuid. Selama ini, OJK tidak dapat menerima investor asing untuk membeli produk reksa dana dalam negeri karena tidak dapat melakukan tatap muka saat membuka rekening reksa dana. “Otoritas juga bisa membuka produk luar negeri untuk investor sehingga investor memiliki variasi produk,” ujarnya. (hg/gor)

Baca selanjutnya di
INILAHCOM, Jakarta Produk reksa dana PT Reliance Manajer Investasi (RMI), yakni Reliance Dana Terencana (RDT) dan Reliance Cerdas Terencana (RCT) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2015 lalu.
Direktur Utama RMI Retno Dewi Hendrastuti mengatakan, pada tahun lalu, RDT atau produk reksa dana pendapatan tetap RMI memberikan imbal hasil (return) 5,95% atau di atas return Infovesta Fixed Income Fund Index sebesar 3,00%.
"Adapun, return RCT atau produk reksa dana campuran RMI mencapai 0,54%, melampaui return Infovesta Balanced Fund Index yang minus 7,07%," ujar dia di Jakarta, Selasa (12/1/2016).
Bahkan RCT lanjut dia merupakan salah satu dari 15 reksa dana campuran yang mencatatkan kinerja return positif dari 127 reksa dana campuran pada tahun 2015. Sementara itu, return Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar minus 12,13% pada akhir tahun lalu.
Dari sisi peringkat menurut Infovesta, RDT meraih peringkat 30 dari 165 reksa dana sejenis per akhir Desember 2015.
Kata dia posisi ini meningkat dari posisi yang diraih pada 2014, yakni
peringkat 41 dari 149 reksa dana pendapatan tetap. Peringkat RCT melonjak mengesankan menjadi peringkat 13 dari 127 reksa dana sejenis per akhir 2015, meningkat signifikan dari peringkat 69 dari 124 reksa dana pada akhir 2014.
Infovesta juga memberikan rating dari untuk RDT sehingga mengukuhkan RDT
sebagai satu dari 35 reksa dana pendapatan tetap yang mendapat scoring atau lebih baik untuk tahun 2015.
RCT bahkan mencetak hasil yang lebih baik dengan rating dan merupakan salah satu dari hanya 10 reksa dana campuran yang mendapatkan scoring atau lebih baik dari 127 reksa dana sejenis.
Ia menjelaskan, kinerja reksa dana yang positif ini didukung oleh pengelolaan dana yang ditempatkan pada instrumen obligasi jangka pendek dan saham-saham yang defensif dari fluktuasi dan ketidakpastian makro ekonomi, pasar saham domestik serta global.
"Pengelolaan reksa dana tetap berdasarkan prinsip kehati-hatian dan risiko yang terjaga. Kami berharap reksa dana RCT dan RDT, serta produk reksa dana yang akan kami luncurkan pada tahun ini mampu melanjutkan kinerja yang positif," papar Retno.
Melanjutkan hasil yang sangat baik pada 2015, Retno menambahkan RMI akan meluncurkan beberapa produk reksa dana dimulai dengan produk Reliance Dana Saham (RDS) secara resmi pada bulan ini.
"Selain itu, perseroan juga sedang memproses penerbitan produk reksa dana saham berbasis syariah dalam waktu dekat," imbuhnya. [jin]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2266460/ini-bocoran-kinerja-reksa-dana-reliance#sthash.hKipOasg.dpuf

JAKARTA ID – Meskipun indeks harga saham gabungan (IHSG) terpangkas hingga 12,13% sepanjang 2015, tapi nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tumbuh 6,53%. NAB tersebut terdiri dari NAB reksa dana dengan penawaran umum dan penyertaan terbatas.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, pencapaian pasar modal di Tanah Air sepanjang tahun ini adalah jumlah emisi efek saham dan surat utang swasta serta pemerintah lebih dari Rp 470 triliun. Selain itu. jumlah emiten baru sebanyak 18 perusahaan.

“Jumlah investor pun bertambah lebih dari 16.000 orang. Terakhir, nilai aktiva bersih reksa dana meningkat lebih dari 12% jika dibanding akhir tahun 2014,” jelas Muliaman saat menutup perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (30/12).

Berdasarkan data OJK, sejak 2 Januari 2015 sampai 28 Desember 2015, total nilai NAB meningkat 6,53% dari Rp 270,79 triliun, menjadi Rp 288,48 triliun. Rinciannya, NAB reksa dana yang melakukan penawaran umum meningkat 11,58% dari Rp 242,72 tirliun menjadi Rp 270,84 triliun.

Kemudian, NAB Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) menurun 37,16% dari Rp 28,07 triliun menjadi Rp 17,64 triliun. Penurunan dipicu adanya beberapa RDPT non-proyek yang melakukan pembubaran. Hingga 29 Desember 2015, tercatat 1.091 reksa dana. Sebanyak 315 di antaranya memperoleh pernyataan efektif dari OJK sepanjang tahun ini.

Selain itu, OJK juga mencatat 76 reksa dana penyertaan terbatas. Seluruh reksa dana tersebut dikelola oleh 83 manajer investasi dan asetnya tersimpan dalam 17 bank kustodian.

Tingkat kepercayaan investor terhadap industri reksa dana juga tercermin dari peningkatan jumlah unit penyertaan yang beredar. Pada Januari 2015, jumlah unit penyertaan yang beredar sebanyak 143,15 miliar, meningkat 28,03% menjadi 183,28 miliar pada 28 Desember 2015.

Prospek 2016
Infovesta Utama memproyeksikan industri reksa dana bertumbuh tahun depan. Pertumbuhan industri reksa dana bakal terjadi dari sisi dana kelolaan (asset under management/ AUM) maupun dari sisi unit penyertaan.

Analis Infovesta Utama Praska Putrayanto mengungkapkan, pertumbuhan industri reksa dana akan ditopang oleh membaiknya sentimen-sentimen dari dalam maupun luar negeri. Hal tersebut seiring dengan berbagai upaya pemerintah maupun bank sentral sejumlah negara besar untuk menggenjot pemulihan ekonomi.

“Pilihan reksa dana yang terbaik harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing serta kebutuhan likuiditasnya,” ungkap Praska, belum lama ini.

Membaiknya sentimen-sentimen domestik dan global juga akan mendongkrak kinerja IHSG tahun depan. Dia memprediksi IHSG tahun depan akan tumbuh 10,9% - 14,2%. Sementara itu, pasar surat utang negara (SUN) tahun depan juga diproyeksikan bakal bergairah. Dia memprediksi pasar SUN melalui government bond index (IGBF) bakal tumbuh 7,2% - 8%.

Industri reksa dana, kata dia, bakal tumbuh mengikuti pasar saham dan SUN. dia memprediksi return reksadana saham melalui Infovesta equity index akan tumbuh sebesar 11,3% - 14,8%. Sedangkan return reksadana campuran melalui Infovesta balanced funds index diproyeksikan tumbuh 9,4% - 11,6%.

“Industri reksa dana pendapatan tetap melalui Infovesta fixed income funds indeks diperkirakan tumbuh 7% - 7,7%,” ungkapnya.

Sejumlah produk anyar pun bakal kian meramaikan pasar reksa dana tahun depan. Sebagai contoh, PT Aberdeen Asset Management berencana meluncurkan produk reksa dana syariah berbasis investasi di luar negeri (o f fshore) pada kuartal I-2016. Hal ini menyusul terbitnya izin OJK terhadap pembelian produk reksadana berbasis efek asing di Indonesia.

President Director Aberdeen Asset Management Sigit Pratama Wiryadi mengatakan, perusahaan saat ini tengah mempelajari, efek syariah asing yang prospektif untuk dijadikan underlying reksadana. Pihaknya melihat peluang yang menjanjikan dari produk teranyar ini.

“Sekarang kami sedang melihat saham-saham dari global. Karena OJK baru saja melakukan relaksasi terhadap reksa dana syariah ini, jadi sangat membantu membeli portofolio efek luar negeri,” jelas dia.

Sigit belum dapat menargetkan berapa nilai AUM yang berpotensi diraih perserroan dari reksadana syariah offshoretersebut. Namun, langkah ini akan menjadi strategi jangka panjang perseroan untuk masuk dalam 10 besar manajemen aset dalam lima tahun ke depan.

“Kami terus melihat peluang baru. Selain menawarkan reksa dana, kami juga tengah menjajaki pengelolaan dana jangka panjang untuk dana pensiun dan asuransi,” terang dia.



Sementara itu, Investment Director Aberdeen Asset Management Bharat Joshi mengatakan, sebagai pemain global, Aberdeen telah menghadirkan reksa dana syariah berbasis efek asing di Malaysia sejak 2006. Dengan pengalaman tersebut, pihaknya yakin mampu mereplikasikan produk syariah di Indonesia. (ID)

Oleh Rudiyanto
@rudiyanto_zh

KOMPAS.com - Berinvestasi di reksa dana ibarat mempekerjakan orang untuk mengelola uang di pasar modal. Namanya juga mempekerjakan orang, selain cari yang ahli tentu cara kerjanya juga harus cocok supaya investor merasa nyaman mempercayakan investasi.

Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai bagaimana cara Manajer Investasi dalam mengelola suatu reksa dana.

Divisi pengelola investasi umumnya terdiri dari 3 bagian yang memiliki fungsi masing-masing. 

Pertama, analis yang bertugas mengumpulkan dan melakukan analisa terhadap data-data perekonomian dan perusahaan. Pekerjaan analis ini juga sering disebut dengan riset.

Bagian kedua yaitu manajer investasi, yang bertugas mengambil kesimpulan mengenai berapa bobot saham, obligasi dan pasar uang dalam membentuk portofolio reksa dana. Kebanyakan dari para manajer investasi memulai karirnya dari bagian riset, namun ada juga yang tidak.

Bagian ketiga yaitu dealer, yang bertugas mengeksekusi transaksi pembelian saham, obligasi dan pasar uang berdasarkan perintah dari manajer investasi.Mereka juga yang menentukan alokasi transaksi ke masing-masing sekuritas jika manajer investasi bertransaksi menggunakan jasa beberapa perusahaan sekuritas sekaligus.

Secara umum, proses pengambilan keputusan oleh yang terjadi dalam pengelolaan reksa dana adalah sebagai berikut :
-Proses Pengelolaan Reksa Dana Oleh Manajer Investasi



 
Analisa Data Pasar
Pekerjaan utama dari analis adalah melakukan analisa terhadap data-data dan memberikan kesimpulan. Kesimpulannya bisa berupa apakah kondisi perekonomian sudah kondusif atau tidak untuk melakukan investasi, jenis instrumen apa yang prospektif untuk tahun mendatang, hingga pada harga berapa pembelian saham dan obligasi harus dilakukan karena harga pasar sudah berada jauh di bawah harga pasarnya.

Pengumpulan data bisa bersumber dari laporan keuangan perusahaan, langganan penyedia data dari berbagai sumber seperti Bloomberg, Reuters, Infovesta, dan sumber lainnya, bisa juga berasal pemaparan investor relation perusahaan. Untuk itu, biasanya para analis juga sering bergaul dengan divisi investor relation perusahaan agar bisa mendapatkan informasi aksi perusahaan yang terkini.

Penentuan Investment Universe
Secara berkala, analis dan manajer investasi akan menyelenggarakan pertemuan internal untuk membahas mengenai arah investasi reksa dana ke depan. Dalam proses tersebut, manajer investasi juga mendapat masukan dari pihak lain seperti komite investasi, analis eksternal dan manajemen perusahaan.

Komite investasi adalah tim yang bertugas mengarahkan dan mengawasi Tim Pengelola Investasi dalam menjalankan kebijakan dan strategi investasi sehari-hari. Biasanya mereka terdiri dari jajaran direksi dan komisaris manajer investasi, bisa juga perwakilan dari perusahaan induk di luar negeri jika manajer investasi tersebut berbentuk penanaman modal asing yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan luar negeri.

Manajer investasi juga bisa mendapat masukan dari analis eksternal yaitu analis yang bekerja di broker atau sering juga disebut sell side analyst. Dalam rangka memberikan nilai tambah bagi nasabahnya yaitu Manajer Investasi, mereka juga secara aktif memberikan nasehat dan rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi nasabahnya.

Perbedaan dengan analis yang bekerja di manajer investasi atau disebut juga dengan buy side analyst meski sama-sama bertujuan agar penggunannya untung, adalah penilaian terhadap kinerjanya.

Kinerja sell side analyst dianggap bagus apabila bisa menghasilkan volume transaksi yang besar bagi perusahaan sekuritas, oleh karena itu rekomendasinya akan cenderung mengarahkan nasabah lebih sering melakukan jual beli. 

Sementara penilaian terhadap buy side analyst adalah dari ketepatan hasil rekomendasi sehingga kinerja reksa dana yang dikelola bisa di atas rata-rata pasar. Bisa jadi, hasil analisanya adalah tidak melakukan transaksi sama sekali ketika memang tidak ada peluang yang menarik di pasar.

Dengan dana kelolaan yang relatif besar, manajer investasi juga bisa mendapatkan akses untuk berdiskusi dengan manajemen perusahaan langsung. Hal ini akan membuat manajer investasi memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap suatu perusahaan sehingga membantunya dalam mengambil keputusan.

Pembentukan Portofolio reksa dana
Setelah seluruh informasi yang dibutuhkan dianggap sudah memadai, manajer investasi akan melakukan transaksi pada saham, obligasi dan pasar uang untuk  membentuk portofolioreksa dana. Proses transaksi umumnya tergantung pada strategi investasi dan risiko likuiditas reksa dana.

Strategi investasi inilah yang membedakan antara manajer investasi yang satu dengan manajer investasi yang lainnya. Ada berbagai strategi investasi, bahkan dalam perusahaan manajer investasi yang sama, antara reksa dana yang satu dengan reksa dana yang lain bisa memiliki strategi investasi yang berbeda.

Dari sisi pendekatan, ada manajer investasi yang mengutamakan penyusunan portofolio berbasis pada perusahaan dengan fundamental yang bagus dan harganya relatif murah, ada juga manajer investasi yang berpikir fundamental tidak harus terlalu bagus tidak apa-apa sepanjang perusahaan tersebut prospeknya baik di masa mendatang. 

Dari sisi transaksi dan fokus, ada strategi investasi yang sifatnya fokus dan pasif dengan prinsip sedikit saham namun komposisinya besar, ada yang menyebarkannya di banyak saham dengan tujuan meminimalkan risiko, ada juga yang meminimumkan risiko dengan cara melakukan transaksi secara aktif mengikuti perkembangan pasar.

Yang dimaksud dengan risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi setiap reksa dana terkait dengan transaksi pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh nasabahnya. Jika suatu reksa dana memiliki nasabah yang cenderung suka melakukan transaksi jual beli, manajer investasi akan menyusun portofolio dengan komposisi pasar uangnya lebih besar untuk mengantisipasi hal tersebut.

Proses pengambilan keputusan investasi yang di bahas di atas, mungkin tidak bisa ditemukan secara gamblang dalam dokumen terkait reksa dana seperti prospektus dan fund fact sheet. Namun dalam rangka menjaga kepercayaan investor, ada baiknya informasi seperti ini juga bisa disampaikan kepada investornya.

Demikian, semoga artikel ini bermanfaat.

Oleh Rudiyanto
@rudiyanto_zh

KOMPAS.com - Dalam investasi reksa dana, ada 2 keputusan yang harus diambil oleh investor. Pertama memilih manajer investasi yang tepat, kedua memilih reksa dana yang tepat. 

Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana cara memilih Manajer Investasi yang tepat.

Ibarat makan di restoran, reksa dana adalah menu yang disajikan dalam restoran tersebut dan manajer investasi adalah koki yang memasaknya. Namun seiring dengan perkembangan, jumlah manajer investasi semakin banyak.

Saat ini tercatat 83 perusahaan Manajer Investasi di Indonesia yang mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan.

Selayaknya restoran yang saling bersaing satu sama lain, bajak membajak koki juga tidak terhindarkan. Tidak jarang, personel yang bekerja di divisi investasi berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya.Ada juga mendirikan perusahaan manajer investasi sendiri.

Di satu sisi, investasi reksa dana bersifat jangka panjang. Jika ada perpindahan “koki” yang mengelola investasi, sedikit banyak tentu akan membuat investor menjadi berpikir. 

Apakah kinerja reksa dana yang ditinggalkan masih dapat bertahan? Apakah perusahaan bisa mendapatkan personel pengganti yang kompeten? Apakah sebaiknya dia ikut berpindah ke reksa dana tempat “koki” tersebut bekerja?

Langkah pertama dalam memilih manajer investasi adalah memastikan bahwa perusahaan tersebut legal.Definisi legal adalah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebab semua kegiatan yang berkaitan dengan penghimpunan dana masyarakat untuk dikelola di pasar modal harus mendapat persetujuan dari OJK.

Untuk membantu masyarkat dalam hal tersebut, OJK juga menyediakan Hotline di [kode area] 1500 655, email konsumen@ojk.go.id dan website www.ojk.go.id. Bagi yang ingin secara spesifik mengetahui daftar perusahaan manajer investasi yang telah mendapat izin dari OJK bisa melihat link inihttp://www.ojk.go.id/apps.php?i=pird

Umumnya perusahaan manajer investasi dalam penamaan perusahaannya menggunakan kata seperti Asset Management, Investment Management, dan Capital.Sebagai contoh : Panin Asset Management, Danareksa Investment Mangement, Corina Capital dan lain sebagainya.

Meski demikian, tidak semua perusahaan yang menggunakan kata aset manajemen merupakan perusahaan manajer investasi. Ada juga perusahaan dengan nama aset manajemen merupakan perusahaan pengelola aset seperti manajemen properti. 

Tidak tertutup pula ada perusahaan investasi bodong yang menggunakan kata tersebut untuk mengecoh masyarakat.Untuk itu, sebelum berinvestasi, investor bisa mengecek legalitas investor ke Otoritas Jasa Keuangan.

JAKARTA. Tahun 2015 segera berakhir. Sejumlah manajer investasi mulai meracik portofolio reksa dana mereka. Meski pasar modal diprediksi membaik, manajer investasi memilih sektor saham yang defensif untuk racikan reksa dana saham mereka.

Senior Fund Manager PT BNI Asset Management (BNI AM) Hanif Mantiq memprediksi kondisi pasar saham tahun depan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun ini. Bila tahun ini indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan mencapai 4.800-4.900, tahun depan diharapkan ke level 5.500.

Meski demikian, pihaknya tetap memilih sektor-sektor yang defensif untuk underlying reksa dana saham. â€Å“Kami masih percayakan pada sektor konsumer sebagai pilihan utama. Harus diantisipasi juga ada keputusan the Fed yang akan berpengaruh pada awal tahun,” kata Hanif saat dihubungi Bisnis.com, Senin (14/12/2015).

Bila kondisi membaik, maka bisa ditambahkan sektor perbankan, konstruksi, serta properti. Sedangkan untk sektor energi, seperti migas dan pertambangan, BNI AM berusaha menghindari. â€Å“Bagaimanapun tetap harus defensif, kami menghindari sektor energi. Harganya sudah turun signifikan,” jelasnya.

Selain itu, perubahan portofolio reksa dana saham juga akan bergantung pada keputusan Bank Indonesia terkait BI rate. Menurutnya, bila ada penurunan BI rate, maka sektor yang berhubungan langsung seperti keuangan, semen, konstruksi, dan perdagangan akan langsung jadi incaran.

â€Å“Di semester I tahun ini, BNI AM tidak banyak di konstruksi dan semen karena belanja infrastruktur pemerintah lambat. Kami baru masuk di sektor tersebut semester II tahun ini.”

Sementara itu, untuk reksa dana pendapatan tetap, BNI AM memiliki strategi portofolio 50% untuk obligasi pemerintah dan 50% untuk obligasi korporasi. Berbeda dengan tahun ini yang lebih banyak mengoleksi obligasi pemerintah atau surat utang negara (SUN).

Selain itu, pihaknya memilih untuk seri jangka panjang. â€Å“Ambil jangka panjang, jual jangka pendek,” lanjut Hanif.

Dia merekomendasikan agar tahun depan investor memilik investasi yang lebih menantang. Pasalnya, secara makro ekonomi akan membaik tahun depan. â€Å“Jadi, yang tadinya masuk ke investasi yang tidak berisiko seperti deposito, bisa kembali masuk ke investasi berisiko.”

Senada, Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi M. Hanif mengatakan pasar saham tahun depan akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Untuk underlying asset reksa dana saham tahun depan, MMI memilih sektor-sektor yang diprediksi akan tumbuh tahun depan seiring dengan tumbuhnya pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, MMI juga memilih untuk memasukkan sektor yang defensif. â€Å“Untuk reksa dana saham kami pilih sektor properti dan infrastruktur. Konsumer juga. Untuk perbankan kami netral tergantung kenaikan suku bunga the Fed bagaimana keputusannya,” kata Hanif dalam kesempatan terpisah.

Yang jelas, dia cukup optimistis dengan reksa dana saham tahun depan. Dia memprediksi IHSG 2016 tumbuh 15% dibandingkan dengan pencapaian tahun ini. â€Å“Saya katakan, tahun depan saatnya koleksi reksa dana saham. IHSG setidaknya akan menyentuh angka 5.000-an”

Sedangkan pasar obligasi, diprediksi masih volatile tahun depan. Dia memprediksi, pertumbuhan return obligasi tahun depan sekitar 10%-12%. â€Å“Tahun depan mungkin kami akan lebih banyak di obligasi korporasi. Sebenarnya relatif sama dengan tahun ini,” tambahnya.

Hans Kwee, Vice President Investment PT Quant Kapital Investama mengatakan dibandingkan reksa dana pendapatan tetap, pihaknya overweight kepada reksa dana saham. Menurutnya, untuk reksa dana saham ada sejumlah sektor yang bisa dijadikan underlying asset reksa dana saham, terutama saham bluechips.

â€Å“Kami masih optimistis di sektor perbankan, infrastruktur dan turunannya seperti semen dan konstruksi. Anggaran pemerintah berpeluang dikeluarkan lebih cepat,” kata Hans.

Menurutnya, peluang diturunkannya BI rate akan memberikan sentimen positif bagi sektor perbankan. Begitu juga untuk sektor properti. â€Å“Kalau BI rate turun, sektor properti ada sentimen untuk rebound. Konsumer juga bisa dijadikan pilihan yang layak.”

Sedangkan untuk reksa dana berbasis obligasi, Hans overweight pada obligasi pemerintah lantaran memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi dan likuid.

 

http://market.bisnis.com/read/20151215/92/501754/sejumlah-manajer-investasi-overweight-pada-saham





Sumber : BISNIS.COM

JAKARTA sindonews - Senior Fund Manager PT Schroder Investment Management Indonesia Irwanti mengemukakan, ada tiga sektor saham yang menarik tahun depan, yaitu konsumer, infrastruktur, dan perbankan.

"Konsumer dan infrastruktur masih bagus, perbankan masih menarik," ujar Irwanti di Jakarta, Rabu (18/11/2015).

Menurutnya, investor bisa memilih sektor yang aman di saat kondisi pasar saham masih belum stabil akibat menunggu kepastian Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunganya.

"Tetap investasi di saham, kita pilih sektor defensive, konsumer masih stick, seleksi saham mana performance earning yang baik," kata dia.

Selain itu, sektor perbankan masih menarik karena valuasinya serta kualitas aset yang membaik. Sementara untuk infrastruktur, masih diperlukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.

Di sisi lain, sentimen yang membayangi pergerakan IHSG tahun depan masih berasal dari kepastian naiknya suku bunga acuan The Fed dan membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional.

Soal rupiah tahun depan, lanjut Irwanti, pihaknya berharap masih akan berada pada posisi sama di level Rp13.700/USD saat ini.

"Rupiah harapannya, kondisi kebijakan pemerintah cukup bagus. Harapannya stabil di level saat ini," pungkas dia.


(izz)
JAKARTA sindonews – PT Infovesta Utama memproyeksikan industry reksa dana bertumbuh tahun depan. Pertumbuhan terjadi dari sisi dana kelolaan (asset undermanagement/ AUM) maupun dari sisi unit penyertaan.

Analis Infovesta Utama Praska Putrayanto mengungkapkan, pertumbuhan industri reksa dana akan ditopang oleh membaiknya sentimen-sentimen dari dalam maupun luar negeri.

Hal tersebut seiring dimulainya berbagai upaya pemerintah maupun bank sentral sejumlah negara besar untuk menggenjot pemulihan ekonomi.

“Pilihan reksa dana yang terbaik harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing serta kebutuhan likuiditasnya,” ungkap Praska kepada Investor Daily di Jakarta, Kamis (26/11).

Membaiknya sentimen-sentimen domestik dan global juga akan mendongkrak kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun depan. Dia memprediksi IHSG tahun depan akan tumbuh 10,9%- 14,2%.

Sementara itu, pasar surat utang negara (SUN) tahun depan juga diproyeksikan bakal bergairah. Dia memprediksi pasar SUN melalui government bond inddex (IGBF) bakal tumbuh 7,2%-8%. Industri reksadana diperkirakan bakal tumbuh mengikuti pasar saham dan SUN.

Praska memprediksi return reksadana saham melalui Infovesta equity index akan tumbuh sebesar 11,3% - 14,8%. Sedangkan return reksadana campuran melalui Infovesta balanced funds index diproyeksikan tumbuh 9,4% -11,6%.

“Industri reksadana pendapatan tetap melalui Infovesta fixed income funds indeks diperkirakan tumbuh 7% - 7,7%,” ungkapnya. Sedangkan untuk November – Desember tahun ini, Praska meproyeksikan return reksadana saham akan tumbuh sebesar 2,4% - 4%, reksadana campuran
sebesar 1,9% - 3,0% dan reksadana pendapatan tetap sebesar 1,3% - 1,6%.

Sebelumnya dikabarkan, infovesta Infovesta menawarkan jasa kepada para dana pension untuk membantu dalam perhitungan risiko investasi dalam bentuk aplikasi IRMA (Investment Risk Management Application).

IRMA merupakan aplikasi yang menghitung risiko portofolio sesuai dengan standar ISO 31000. Aplikasi ini ditujukan untuk investor yang membutuhkan analisa risiko lebih mendalam seperti Investor institusi yang umumnya memiliki divisi manajemen risiko.

IRMA menghitung risiko untuk instrumen Saham, Obligasi, Reksa dana, kesehatan Bank, Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) dan juga penempatan investasi langsung. Aplikasi ini mampu menilai risiko individual per instrumen dan juga menghitung risiko total portfolio.

Product Manager Infovesta Wawan Hendrayana mengungkapkan, hasil akhir dari aplikasi ini adalah perhitungan probabilitas risiko portfolio dan potensi kerugian dalam bentuk Value at Risk (VAR).


Dengan aplikasi IRMA investor dapat memetakan risiko dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko total. Dengan demikian, diharapkan investor terutama dana pensiun memiliki portfolio investasi yang lebih optimal dan terhindar dari risiko kerugian yang terlalu dalam. (fik)

JAKARTA ID– PT Bank QNB Indonesia Tbk (Bank QNB Indonesia) dan 7 Perusahaan Manajemen Investasi menandatangani MoU kemitraan strategis untuk bersama-sama meningkatkan kualitas prospektus produk sesuai dengan komitmen masing-masing perusahaan.

Ketujuh perusahaan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, PT Danareksa Investment Management, PT First State Investments Indonesia, PT Mandiri Manajemen Investasi, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, PT Syailendra Capital dan PT Trimegah Asset Management.

PT Bank QNB Indonesia Tbk menyambut baik sinergi kerjasama dengan para mitra Manajer Investasi yang juga memiliki visi dan misi yang berkelanjutan, yaitu menjadi perusahaan papan atas dalam kinerja dan layanan bagi para Nasabah.

“Dengan bermitra, kami menambahkan produk reksa dana yang dapat memenuhi tujuan investasi Nasabah kami,” jelas Azhar Abdul Wahab, Chief Business Director.

Dengan terjalinnya kerjasama, serangkaian produk yang tersedia melalui observasi para Manajer Investasi untuk memastikan bahwa tujuan investasi Nasabah terpenuhi, tepat untuk kondisi pasar yang ada dan untuk mengindentifikasikan kesempatan berinvestasi yang potensial.

MoU ini sebagai landasan komitmen antar korporasi untuk meraih pencapaian yang sama, yaitu memberikan produk dan layanan finansial terbaik bersama dengan mitra yang memiliki kehandalan dalam memberikan customization product bagi masing-masing individu.
Ragam pilihan produk reksa dana disediakan oleh QNB First, layanan premium bagi Nasabah prioritas QNB yang berkualitas dengan karakteristik serta tingkat risiko yang berbeda-beda, yang mana dalam hal ini dipadukannya produk reksa dana bervariatif ini dari para Manajer Investasi yang memiliki reputasi, kredibilitas dan berpengalaman di bidangnya.

Wadah investasi yang digunakan untuk penghimpunan dana dari masyarakat ini dikelola oleh Manajer Investasi ke berbagai instrumen investasi sehingga lebih terdiversifikasi dan meminimalkan risiko.

Nasabah dapat menikmati manfaat dan keunggulan dari reksa dana seperti pertumbuhan nilai investasi, likuiditas tinggi, fleksibilitas, kenyamanan dan kemudahan dalam berinvestasi. Positioning Bank QNB Indonesia diperkuat dengan berbagai aspek termasuk proses. Produk dan layanan perbankan diciptakan sekaligus menyodorkan solusi sesuai dengan prilaku pasar.

Kolaborasi ini menjadi aspirasi kemitraan, bahwa peluang ini untuk membangun rewarding relationship bagi Nasabah, artinya memiliki hubungan jangka panjang dan bergerak sesuai dorongan market insight antara Bank, Manajer Investasi dan klien.

Di antara para perwakilan dari perusahaan Manajer Investasi, Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menyatakan bahwa ia merasa senang sekaligus terhormat karena MAMI dapat menjadi bagian dari lembaran baru perjalanan Bank QNB Indonesia.

Dengan terjalinnya kerja sama ini, Legowo berharap akan semakin banyak keluarga Indonesia, yang merupakan nasabah Bank QNB Indonesia, menjadi lebih cerdas secara finansial dan mau memanfaatkan potensi pasar modal Indonesia melalui reksa dana.

Harapan tersebut juga dikemukakan oleh PT Trimegah Asset Management yang sudah bekerjasama dengan PT Bank QNB Indonesia Tbk sejak Juni 2015 dan kerjasama ini dapat memperluas jangkauan distribusi produk reksa dana diseluruh cabang Bank QNB Indonesia.

Sementara itu, Egi Santosa, Direktur Marketing PT Danareksa Investment Management (DIM) menyambut baik sinergi DIM dengan Bank QNB Indonesia melalui produk Danareksa Mawar Konsumer 10 dan Danareksa Syariah Berimbang yang diharapkan bisa meningkatkan kesadaran dan memberi kemudahan berinvestasi bagi masyarakat.

PT First State Invesments Indonesia mendukung kolaborasi ini guna memberikan nilai tambah dan solusi investasi yang terpercaya. PT Mandiri Manajemen Investasi sebagai Manajer Investasi yang mengedepankan Reksa Dana Mandiri Investa Equity Dynamo Factor dan Reksa Dana Mandiri Investa Pasar Uang dengan memberikan optimalisasi kinerja aset ‘growth’ dan memenuhi kebutuhan likuiditas bagi Nasabah Bank QNB Indonesia.

Kolaborasi ini merupakan sinergi yang bisa memberikan alternatif investasi yang lebih sehingga diharapkan semua kebutuhan Nasabah dapat terpenuhi sesuai penjelasan PT Syailendra Capital di sela-sela acara High Tea. Selain itu, Lilis Setiadi selaku Presiden Direktur, PT Batavia

Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) menambahkan, turut menyambut gembira kerja sama ini dan berharap dapat memberikan sinergi yang baik bagi BPAM maupun Bank QNB Indonesia, dimana BPAM sebagai salah satu perusahaan Manajer Investasi terkemuka di Indonesia dapat menyediakan reksa dana BPAM di cabang-cabang Bank QNB Indonesia melengkapi pilihan alternatif produk investasi bagi Nasabah.

Dengan kemitraan strategis ini diharapkan akan mendorong setiap institusi yang terlibat dalam mengembangkan pangsa pasar industri reksa dana serta memberikan edukasi dan pemahaman investasi yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia. (ant/gor)

JAKARTA kontan. Industri reksadana terkena imbas kusamnya pasar saham dan surat utang dalam negeri sepanjang September 2015.
Berdasarkan data Infovesta Utama, jumlah dana kelolaan industri reksadana per September 2015 mencapai Rp 237,62 triliun, turun 3,26% ketimbang posisi bulan Agustus 2015 yang bertengger di Rp 245,64 triliun.
Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo menjelaskan, penurunan tersebut merupakan imbas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang koreksi 6,34% pada periode sama. Kondisi tersebut turut memengaruhi dana kelolaan reksadana saham dan reksadana campuran yang masing-masing minus 6,06% dan minus 4,12%.
“Tapi ketimbang akhir tahun lalu, dana kelolaan per September 2015 masih bertumbuh 4,08% ditopang oleh pertumbuhan dana kelolaan jenis reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana terproteksi, reksadana indeks, dan exchange traded fund (ETF) yang mencatatkan pertumbuhan,” paparnya.
Editor: Hendra Gunawan.
JAKARTA kontan. Return reksadana saham terus merosot. Bahkan rata-rata kinerja reksadana saham secara year to date (YTD) September 2015 tercatat terendah sejak tahun 2008 atau minus 23,03%.
Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan tekanan pasar reksadana secara YTD disebabkan oleh kembali melemahnya IHSG di September. Sejumlah sentimen negatif memicu pelemahan bursa saham, seperti adanya spekulasi kenaikan suku bunga the Fed sebelum rapat Federal Open Market Committee (FOMC), perlambatan ekonomi Tiongkok, tertekannya nilai tukar Rupiah terhadap AS serta masih berlanjutnya aksi jual investor asing.
"Selama bulan lalu, IHSG tampak mengalami pelemahan sebesar 6,34% sedangkan reksadana saham secara rata-rata tertekan sedikit lebih dalam yaitu sebesar 6,64%," ujar Vilia, Kamis (1/10).
Kinerja reksadana saham secara YTD juga tercatat mengalami pelemahan lebih dalam dibandingkan dengan IHSG yang turun sebesar 19,19%. Menurut Vilia, tertinggalnya kinerja rata-rata reksadana saham sudah terakumulasi dari awal tahun akibat karakteristik reksadana saham yang lebih agresif dibandingkan dengan IHSG.
"Sehingga saat pasar saham berfluktuasi atau terkoreksi, kinerja reksadana saham cenderung lebih tertinggal dibandingkan dengan IHSG," kata Vilia.
Vilia melanjutkan, hal ini disebabkan oleh jumlah saham pada portofolio reksadana saham yang lebih sedikit ketimbang jumlah saham pada IHSG.
Akibatnya, risiko pergerakan saham lebih terasa pada reksadana saham. Selain itu, penempatan pada sektor saham yang kurang perform juga berpotensi menyebabkan tertinggalnya reksadana saham dibandingkan dengan IHSG.
Berikut lima reksadana saham kinerja terburuk:
1. Mandiri Investa Ekuitas Dinamis: -36,6%
2. Mandiri Asa Sejahtera : -34,28%
3. Mandiri Dynamic Equity: -33,24%
4. Jisawi Progresif: -31,92%
5. SAM Indonesian Equity Fund: -31,69%
Lima reksadana saham kinerja terbaik
1. Valbury Equity I: -9,61%
2. Pacific Equity Fund: -12,65%
3. Kharisma Kapital Prima: -13,03%
4. Hpam Saham Dinamis: -13,68%
5. Pacific Equity Growth Fund: -14,28%
Editor: Yudho Winarto.

JAKARTA - Pendiri dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra menyampaikan, porsi investasi reksa dana di Tanah Air masih minim, termasuk dana kelolaannya.

Dia memaparkan, jumlah dana kelolaan reksa dana di Indonesia hanya 0,1% dari total investasi. Angka ini tertinggal jauh dari Malaysia, yang sudah mencapai 51% dan Thailand sebanyak 20%. Sementara di Amerika Serikat sekitar 8%.

"Minimnya tingkat pemahaman dan ketertarikan masyarakat soal investasi terlihat dari jumlah persentasenya," ujarnya di Jakarta, Kamis (17/9/2015).

Tingkat pemahaman masyarakat Indonesia soal investasi, dia menjelaskan, masih minim saat ini. Menurut dia, mereka lebih suka menabung daripada investasi.

"Tingkat inflasi terus meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut diikuti dengan semakin melambungnya biaya hidup, seperti dana pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Sementara menyimpan uang di bank, bunga yang didapat sangat rendah," jelasnya.

Dia menambahkan, menabung di bank dalam bentuk deposito hanya mendapatkan bunga senilai 6,3%, sedangkan inflasi berada di angka 6,8%.

"Jadi, bunga deposito yang diberikan ke kita tidak bisa mengalahkan inflasi. Artinya, kekayaan kita semakin berkurang," pungkasnya.


(rna)

source: http://ekbis.sindonews.com/read/1045860/32/porsi-investasi-reksa-dana-ri-ketinggalan-dari-malaysia-1442475984


INILAHCOM, Jakarta, 15/9 (Antara) - Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) mencatat jumlah unit penyertaan dan rekening produk reksa dana mengalami penambahan di sepanjang tahun 2015 ini meski pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergejolak.

"Nilai aset reksa dana jika dilihat sepanjang tahun ini memang terjadi penurunan sedikit. Namun, kalau kita cermati lagi ternyata ada penambahan jumlah unit penyertaan dan juga ada penambahan jumlah rekening yang lumayan besar sekitar 10 persen lebih," ujar Ketua Umum APRDI, Denny R. Taher di Jakarta, Selasa (15/9/2015).

Artinya, menurut dia, masyarakat Indonesia sudah mulai memahami tentang investasi di produk pasar modal jenis reksa dana. Sebagian masyarakat sudah mampu melihat adanya kesempatan untuk melakukan pembelian produk reksa dana ketika nilai unit sedang turun.

Dalam data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juli 2015, tercatat unit penyertaan reksa dana mengalami peningkatan dari 142,72 miliar unit pada akhir tahun 2014 menjadi 171,62 miliar unit pada Juli 2015.

Sementara itu, tercatat nilai aktiva bersih (NAB) produk reksa dana jenis saham mengalami penurunan sekitar 3,80 persen dari Rp105,45 triliun pada akhir 2014 menjadi Rp101,13 triliun pada Juli 2015. Reksa dana campuran turun dari Rp20,39 triliun pada akhir 2014 menjadi Rp18,46 triliun Juli 2015.

Sementara, reksa dana jenis pasar uang tercatat tumbuh menjadi Rp29,24 triliun pada Juli 2015 dibandingkan akhir tahun 2014 yang tercatat Rp23,06 triliun. Begitu juga dengan reksa dana terproteksi tumbuh sekitar 26,19 persen menjadi Rp53,06 triliun. Dan reksa dana pendapatan tetap meningkat sekitar 25,71 persen menjadi Rp44,53 triliun.

"Investasi tetap harus dilakukan tidak perduli apakah pasar sedang naik atau turun karena kebutuhan jangka panjang tidak berhenti. Jadi investasi yang harus di lakukan adalah secara rutin, reguler dan disiplin," katanya.

Dalam rangka mendorong jumlah investor reksa dana, Denny R. Taher mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengembangkan sistem "platform online" di produk reksa dana agar masyarakat memperoleh informasi dengan cepat dan mempermudahkan transaksi.

"Itu adalah hal yang harus kita lakukan untuk bisa menjangkau lima juta investor untuk lima tahun ke depan," ujarnya. [tar] - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2237771/aprdi-catat-unit-penyertaan-reksa-dana-naik-10#sthash.N2mCb6uC.dpuf


Bisnis.com, JAKARTA -- Dana Pensiun Pertamina menyiapkan strategi agresif merombak portofolio penempatan investasi di bursa saham pada akhir September 2015.
M. Helmi Kamal Lubis, Presiden Direktur Dapen Pertamina menuturkan hingga Juli lalu return on invesment (ROI) yang dibukukan oleh perusahaannya mencapai 4,6%. Jumlah ini, menurut Helmi, masih sesuai dengan rencana perusahaan namun kurang agresif.
"Kita akan restrukturing, merombak portofolio," kata Helmi di Jakarta yang dikutip Rabu, (7/9/2015).
Helmi mengatakan, dengan perubahan stategi saham yang digenggam maka posisi imbal hasil yang diperoleh diyakini akan lebih tinggi dari capaian saat ini. Apalagi pihaknya tidak memiliki masalah dengan aturan Otoritas Jasa Keuangan tentang rasio kecukupan dana. "Saat ini rasio kecukupan dana kami di atas 110% ," katanya.
Lebih lanjut, Helmi mengatakan, restrukturing ini tidak akan membuat Dapen Pertamina melakukan cut loss. Pasalnya saham yang saat ini digenggam perusahaan masih memberikan keuntungan namun tidak maksimal.
Helmi belum bersedia menjelaskan besaran sebaran investasi yang dilakukan oleh Dapen. Akan tetapi dalam catatan Bisnis, Aset Dapen Pertamina pada 31 Desember 2014 tercatat Rp9,9 triliun. Lalu Februari lalu telah berkembang sebesar 20,74% atau menjadi Rp11,05 triliun.
Sedangkan penempatan investasi tersebar kedalam sembilan portofolio. Dua investasi terbesar dapen terletak pada Surat Berharga Negara (SBN) dan Saham. Pada Dalam dua instrumen investasi ini dapen meletakan dana kelolaan masing-masing Rp2,9 Triliun. Selain itu dapen juga melakukan investasi obligasi sebesar Rp1,9 triliun serta properti sebesar Rp1,17 triliun.
Menurut Helmi, hingga Juli, posisi deposito yang digenggam relatif kecil berkisar 2%-3%. Dia mengatakan kecilnya instrumen deposito merupakan wujud dari himbauan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menginginkan dana pensiun lebih berperan di pasar modal.
"Apalagi bunga deposito juga kecil ," katanya.
Saat ini, Dana Pensiun Pertamina melayani 46.000 penerima manfaat. Dalam hitungan aktuaris lembaga ini akan bubar pada 2090 karena kehabisan peserta. Pasalnya semenjak 2005 manajemen Pertamina menerapkan kebijakan pengelolaan pensiun melalui lembaga keuangan. Setiap bulan DP Pertamina membayarkan manfaat pensiun sebesar Rp70 miliar.

 JAKARTA-Bursa Efek Indonesia (BEI) mengemukakan bahwa dana investor asing masih masuk ke produk investasi pasar modal seperti reksa dana karena dinilai masih menarik.

 Direktur Utama BEI Tito Sulistio di sela diskusi bertajuk "Daya Tahan Ekonomi Indonesia" di Jakarta, Senin menyatakan, data terakhir di reksa dana dalam sebulan, yang melakukan pemesanan (subscription) sekitar Rp16 triliun sedangkan yang melakukan penarikan (redemption) sebanyak Rp12 triliun.

 "Jadi, ada sekitar Rp4 triliun masuk di reksa dana. Reksa dana merupakan kesempatan bagi mereka itu," ujarnya.

 Ia menilai bahwa minat investor asing di dalam negeri masih cukup tinggi menyusul ketahanan ekonomi Indonesia yang sebenarnya tidak bermasalah. Saat ini, pasar mengharapkan adanya kepastian dalam mendorong pembangunan nasional.

 "Awal masalah pembangunan yakni sejak Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dihapus. Dalam GBHN, terdapat strategi ekonomi dan pertahanan untuk jangka panjang. Kita butuh rencana jangka panjang yang kita tahu negara ini akan dibawa ke mana," katanya.

 Dalam kesempatan sama, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyampaikan bahwa pemerintah akan terus menyiapkan sejumlah kebijakan demi mempertahankan laju ekonomi agar tetap tumbuh di tengah situasi krisis ekonomi global.

 Ia mengemukakan bahwa dalam menjaga ketahanan ekonomi agar terhindar dari krisis, pemerintah akan mempertahankan daya beli masyarakat dengan menyiapkan instrumen Dana Desa langsung ke pemerintahan desa. Besarannya sekitar Rp20 triliun untuk tahun 2015. Pemerintah daerah (pemda) juga diwajibkan menyumbang, maka angkanya bisa mencapai sekitar Rp50 triliun.

 "Semuanya itu dipakai untuk infrastruktur swadaya dan ’cash transfer’. Juga bisa dipakai untuk dana bergulir menggiatkan kegiatan ekonomi desa," katanya.

 Strategi lainnya, lanjut Menkeu, yakni penyediaan infrastruktur, dengan kebijakan fisik minimum. Ke depan, Pemerintah akan mendorong pembangunan fasilitas umum di seluruh Indonesia sehingga bisa memenuhi layanan publik.

 Sementara kebijakan umum terkait APBN 2015, Menkeu menegaskan pihaknya berfokus pada menjaga defisit anggaran supaya tak melebar terlalu jauh. Untuk siap-siap, Pemerintah juga sudah memiliki pembiayaan tambahan.

 "Kita tentu akan dorong penerimaan supaya bekerja keras tanpa harus mengganggu iklim usaha. Ini poin yang kami jaga," kata Menkeu.

 Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin mengatakan bawha secara fundamental dan teknis, Indonesia tahan terhadap krisis kali ini yang skalanya lebih kecil dibanding krisis 1998 dan 2008. Masalahnya, adalah munculnya pesimisme yang berujung pada masalah psikologis dan emosional perekonomian.

 "Krisis sekarang ini paling ringan dibanding 1998 dan 2008. Itu dari sisi fundamental. Masalah likuiditas, inflasi, situasi saat ini jelas lebih bagus. Bursa 1998, itu habis-habisan. Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 60 persen. Sekarang sekitar 20-25 persen. Maka secara teknis dan fundamental, sekarang lebih bagus," katanya.(ant/hrb)



http://id.beritasatu.com/marketandcorporatenews/investor-asing-masuk-ke-reksa-dana/126644




Sumber : INVESTOR DAILY

TEMPO.COJakarta - Di tengah pasar saham yang sedang berfluktuaktif, pasar obligasi justru dinilai semakin menarik. Yield yang terus meningkat membuat kalangan manajer investasi memilih mengumpulkan surat utang negara.

Data Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan menunjukkan kepemilikan reksa dana pada surat utang negara (SUN) per 28 Agustus 2015 sudah mencapai Rp59,08 triliun. Bila dibandingkan dengan pencapaian per akhir Mei 2015 yang sekitar Rp54,40 miliar, artinya ada penambahan sekitar Rp4,68 triliun selama tiga bulan terakhir.


Bahkan, apabila dibandingkan dengan pencapaian pengujung tahun lalu yang senilai Rp45,79, ini sudah meningkat hingga Rp13,29 triliun. Pasar saham yang tengah bergejolak beberapa bulan belakangan ini, membuat tidak sedikit MI yang beralih ke obligasi, terutama obligasi negara.


Hanif Mantiq, Senior Fund Manager PT BNI Asset Management (BNI AM) mengatakan harga SUN yang kian murah dan yield yang menarik harus dimanfaatkan. BNI AM saat ini memiliki strategi untuk memperpanjang durasi dengan memindahkan obligasi korporasi ke SUN jangka panjang.


Adapun, SUN dinilai lebih menarik dibandingkan dengan obligasi korporasi juga karena SUN lebih likuid. “Kami pindahkan ke SUN jangka panjang, terutama seri baru FR0072 dan FR0073. Di SUN ada potensi capital gain. Kalau yield turun 100 basis bisa capital gain 7%,” terang Hanif kepadaBisnis, Senin (31 Agustus 2015).


Berdasarkan data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) yieldSUN tenor 10 tahun mencatatkan yield 8,95%. “Ini sangat menarik, Februari lalu yield sempat di kisaran 7%,” tambah Hanif.


Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja reksa dana pendapatan tetap hingga tahun berjalan ini terbilang stabil dan masih mencatatkan kinerja positif. Sepanjang tahun berjalan ini (year to date/ytd Juli 2015), reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return 1,53%.


Chief Investment Officer PT Eastpring Investment Indonesia Ari Pitojo mengatakan dibandingkan dengan saham, pasar obligasi lebih menarik pada tahun ini. Volatilitas di pasar obligasi masih lebih aman dibandingkan dengan saham.


“Kalau bicara strategi, kami suka obligasi dan prefer ke sana. Kami percaya obligasi akan improve,apalagi yield obligasi saat ini sangat menarik. Kalau dibandingkan dengan saham, liat saja laba perusahaan yang -11% pada semester I ini, itu tidak akan jauh beda dengan kinerja saham hingga akhir tahun,” jelasnya.


Pada periode Juni-Agustus ini, kepemilikan asing di SUN juga meningkat. Per 28 Agustus porsi asing di SUN mencapai Rp526,58 triliun, sedangkan pada akhir Mei lalu tercatat Rp514,49 triliun.


JAKARTA. Tekanan pasar modal ikut menyeret koreksi dana kelolaan reksadana sebesar negatif 0,65% sepanjang Juli 2015. Pada Juni 2015, dana kelolaan tercatat Rp 251,02 triliun dan turun menjadi Rp 249,38 triliun pada Juli 2015.

Penurunan dipicu oleh reksadana saham yang terkoreksi 2,39% dari Rp 105,64 triliun menjadi Rp 103,11 triliun. Dana kelolaan reksadana pasar uang juga turun 3,31% dari Rp 27,28 triliun menjadi Rp 26,38 triliun pada periode yang sama. Sedangkan dana kelolaan reksadana lainnya masih mengalami pertumbuhan.

"Tekanan pasar saham sepanjang Juli turut memangkas nilai pasar wajar underlying asset reksadana. Sehingga, dana kelolaan reksadana mengalami penurunan," kata analis Infovesta Utama Yoanita Rianti, Jakarta, Rabu (5/8).

Sepanjang Juli 2015, pasar saham mengalami koreksi 2,2%.

Di sisi lain, tipisnya kenaikan unit penyertaan tak mampu mengangkat dana kelolaan reksadana. Infovesta mencatat unit penyertaan pada periode tersebut hanya naik 0,67% dari 169,48 miliar uniit menjadi 170,62 miliar unit.

"Selain itu, sekitar lima reksadana terproteksi juga mengalami jatuh tempo pada bulan Juli kemarin," tutur Yoanita.

PT Panin Asset Management (PAM) juga mengalami penurunan dana kelolaan. Data otoritas jasa keuangan (OJK) mencatat dana kelolaan perusahaan turun dari Rp 11,45 triliun menjadi Rp 10,96 triliun. Unit penyertaan juga turun dari 4 miliar unit menjadi 3,94 miliar unit.

"Dana kelolaan kami turun karena pasar saham dan obligasi turun," ujar Direktur PAM Ridwan Soetedja.

Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengaku dana kelolaan perusahaan stabil sekitar Rp 30 triliun. Dia sepakat, tekanan pasar saham dan obligasi menyebabkan nilai pasar wajar aset dasar reksadana menjadi turun.

Hingga akhir tahun ini, anak usaha Bahana Securities itu optimistis bisa menambah dana kelolaan Rp 1 triliun hingga akhir tahun.

"Kenaikan dana kelolaan salah satunya akan kami kejar dari peluncuran produk baru, yakni reksadana terproteksi dan pasar uang," kata Soni.

Dihantui pasar modal

Yoanita memperkirakan fluktuasi pasar saham masih mengancam industri reksadana hingga akhir tahun. Kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, the Fed diprediksi akan menjadi sentimen negatif terhadap pasar modal domestik.

"Selain itu juga masih adanya tekanan kurs rupiah terhadap dollar," kata dia.

Kendati demikian, investor justru bisa memanfaatkan momentum koreksi pasar untuk melakukan akumulasi investasi di reksadana. Investor bisa masuk di harga rendah sehingga akan berdampak terhadap pertumbuhan kepemilikan unit penyertaan saat pasar modal bullish.

Ridwan optimistis dana kelolaan reksadana masih bisa tumbuh hingga akhir tahun. Pihaknya menargetkan dana kelolaan naik 30% dari awal tahun. "Kenaikan Fed rate sudah diantisipasi oleh pasar sehingga seharusnya dampak negatif tidak terlalu besar," ujarnya.
Editor: Hendra Gunawan


JAKARTA, KOMPAS.com - Schroders Global Investment Trends Survey 2015 mengemukakan kondisi ekonomi Indonesia yang belakangan melambat mendorong para investor untuk memilih investasi jangka panjang.

Dari survei tersebut diketahui bahwa 63 persen investor di Indonesia lebih memilih untuk mengalokasikan investasinya di instrumen dengan tingkat risiko rendah dan menengah.

CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi, menyatakan bahwa 50 persen investor di Indonesia berencana untuk mengubah instrumen investasinya sesuai dengan kondisi pasar dalam satu tahun ke depan.

“Kami yakin tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tak akan meluluhkan niat investor dalam berinvestasi. Namun, dalam berinvestasi para investor harus pandai dan cermat dalam memilih instrumen yang tepat," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (10/7/2015).

Untuk itu, investor perlu berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional. Mengacu pada  survei, hanya 23 persen investor yang berencana melakukan konsultasi dengan penasihat keuangan.

"Instrumen investasi jangka panjang seperti reksa dana saham masih dianggap sebagai langkah yang paling tepat,” ujar Michael Tjoajadi.


Editor: Bambang Priyo Jatmiko



JAKARTA. Fluktuasi pasar modal memicu penarikan dana atau redemption reksadana. Data otoritas jasa keuangan (OJK) mencatat total redemption reksadana sepanjang tahun mencapai Rp 88,37 triliun hingga akhir April 2015.
Kendati demikian, total dana masuk atau subscription mampu menutup redemption. Pada periode tersebut, total subscription mencapai Rp 103,66 triliun.
Sehingga, dana kelolaan masih naik menjadi Rp 256,78 triliun pada April 2015 dibandingkan akhir 2014 lalu yang sebesar Rp 241,57 triliun.
Redemption terbesar terjadi di bulan Februari mencapai Rp 22,90 triliun. Pada saat itu, total subscription hanya sekitar Rp 19,29 triliun.
Sedangkan total redemption pada bulan April mencapai Rp 22,14 triliun. Sedangkan subscription mencapai Rp 32,65 triliun.
Analis Infovesta Utama Viliawati memperkirakan tekanan pada pasar reksadana menurut masih akan berlanjut seiring belum adanya sentimen positif yang menopang kinerja bursa saham dan obligasi domestik. Pasalnya, rilis data inflasi Mei relatif tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu, pelemahan nilai tukar yang masih berlanjut, serta adanya aksi jual investor asing berturut-turut sejak akhir bulan lalu menjadi sentimen pemberat kinerja bursa.
"Valuasi bursa saham relatif masih mahal di tengah direvisinya proyeksi ekonomi domestik juga berpotensi membayangi kinerja pasar modal hingga akhir tahun," tutur dia.
Editor: Yudho Winarto


JAKARTA kontan. Manajer investasi tidak ngoyo pasang target dana kelolaan pada tahun ini. Hal ini mengingat kondisi pasar yang tidak menentu.
Presiden Direktur PT Schroders Investment Management Indonesia Michael T. Tjoajadi bilang, posisi dana kelolaan Schroders per 5 Juni 2015 sebesar Rp 68 triliun. Dengan besaran tersebut, pihaknya hanya mematok target dana kelolaan akhir tahun sebesar Rp 70 triliun hingga Rp 72 triliun. "Kami melihat kondisi perekonomian hingga akhir tahun masih belum pulih. Tapi kami optimistis kondisi pasar modal pada akhir tahun bisa membaik," jelas Michael kepada KONTAN, Senin (8/6).
Hingga saat ini, 65% dari total dana kelolaan masih ditopang dari reksadana saham. Adapun komposisi portofolio masih dialokasikan pada sektor-sektor konsumen, konstruksi, dan sektor finansial.
Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumonegoro mengatakan, posisi dana kelolaan per Maret 2015 mencapai Rp 54,3 triliun. Besaran dana kelolaan ini naik dari akhir tahun 2014 sebesar Rp 52,3 triliun.
Per akhir tahun lalu, posisi dana kelolaan Manulife menduduki urutan kelima terbesar. Tahun ini Manulife optimistis dapat menggenjot dana kelolaan karena hingga akhir Maret 2015, Manulife berhasil menggaet nasabah ritel baru sebanyak lebih dari 3.000 nasabah.
Edward Lubis, Presiden Direktur PT Bahana TCW Investment Management, bilang, posisi dana kelolaan per akhir Mei 2015 mencapai Rp 30,4 triliun. Pihaknya berharap dapat mempertahankan posisi dana kelolaan ini hingga akhir tahun. "Bisa mempertahankan dana kelolaan di level Rp 30 triliun saja sudah bagus. Karena ke depannya kita belum tahu bagaimana percepatan pembangunan infrastruktur," ucap Edward.
Kata Edward, salah satu faktor yang dapat menggairahkan optimisme pelaku pasar untuk masuk ke pasar modal adalah dengan percepatan pembangunan infrastuktur. Saat ini, pihaknya masih optimistis membenamkan portofolio pada sektor konsumer, infrastuktur dan perbankan. Portofolio ini masih akan dipertahankan hingga akhir tahun.
Editor: Harris Hadinata

Jakarta - Eastspring Investments Indonesia baru hadir pada 2011, namun sekarang ini perusahaan pengelola investasi itu sudah mengelola dana Rp 52 triliun, dan menjadi salah satu manajer investasi terbesar di Indonesia.
Uniknya, CEO Riki Frindos mengatakan strategi utama perusahaan ini sebetulnya adalah "lari marathon", yaitu fokus membangun fondasi yang kuat dulu, dan baru melakukan ekspansi yang lebih agresif setelah mendapat kepercayaan masyarakat Indonesia.
Menurut Riki, sebetulnya Eastspring sudah sekitar 10 tahun masuk di Indonesia, namun ketika itu perusahaan yang berbasis di Singapura tersebut menggunakan nama atau legal entity yang lain di bawah Prudential Life.
Pertanyaan penting yang diajukan host Primus Dorimulu: Kenapa orang harus berinvestasi?
"Kita harus balance, dalam hidup kita punya kewajiban, baik sebagai individu atau kepala keluarga. Mungkin anak akan kuliah 10 tahun lagi, rumah diperbesar lima tahun lagi, mungkin kita akan pensiun 20-30 tahun lagi. Kita punya kewajiban atau liabiliies, dan harus ada aset untuk mem-back up kewajiban tadi," kata Riki.
"Aset yang kita investasikan untuk mem-back up liabilities tadi harus match. Menabung saja tidak cukup."
Simak video berikut untuk mendapatkan tips-tips lain dari Riki seputar investasi perorangan, dalam program CEO Talks Beritasatu News Channel:


Bisnis.com, JAKARTA- Para manajer investasi yang mengelola reksa dana pendapatan tetap disarankan mulai atur strategi dari sekarang guna mengantisipasi kenaikan peringkat investasi Indonesia menjadi layak investasi.

Belum lama ini, S&P mengubah proyeksi utang Indonesia atas peringkat BB+, satu notch di bawah level layak investasi terendah. Outlook berubah dari stabil menjadi positif berkat kebijakan finansial terbaru pemerintah berikut performa keseluruhan Indonesia. Adapun, proyeksi menjadi positif mengisyaratkan potensi kenaikan level investasi dalam 12 bulan.

Edbert Suryajaya, analis PT Infovesta Utama mengatakan perbaikan peringkat prospek utang Indonesia yang diberikan lembaga pemeringkat, S&P dari stabil menjadi positif berpeluang menaikkan peringkat investasi Indonesia menjadi layak investasi beberapa waktu mendatang.

Outlook naik, ada kemungkinan beberapa bulan kemudian rating akan naik. Ini momentum baik untuk MI pengelola pendapatan tetap, karena begitu rating naik, harga obligasi akan terbang,” katanya, Selasa (2/6).

Sebenarnya, kata dia, para MI tidak bisa dengan mudah mengganti strategi dalam mengatur portofolio. Menurutnya, setiap MI sudah memiliki strategi tersendiri dan akan terus menerapkan strategi tersebut. Artinya, tidak bisa berubah setiap saat.

Perkiraan saya peringkat tidak dilakukan tahun ini, mungkin tahun depan sehingga saat ini waktunya MI meramu strategi memilih instrumen yang bisa merespon kenaikan dengan cepat, instrumen mana yang dipilih,” jelasnya.

S&P hanya satu-satunya dari tiga lembaga pemeringkat internasional yang menilai utang pemerintah Indonesia belum di level layak. Fitch Ratings menaikkan peringkat Indonesia ke level layak investasi pada Desember 2011.

Adapun, dalam keterangan resmi S&P dinyatakan kenaikan peringkat utang Indonesia dalam setahun mendatang bergantung pada kemampuan pemerintah memperkuat cara membelanjakan anggaran.

Upayanya termasuk memungkinkan pelonggaran penyesuaian harga bahan bakar, ketimbang menggunakan anggaran guna mendanai subsidi. Pemerintah juga diharapkan dapat mengalokasikan investasi publik secara lebih efisien.

Menurutnya, kenaikan peringkat investasi akan sangat berpengaruh pada kinerja reksa dana pendapatan tetap.“Berkaca pada 2011 kenaikan level investasi dinaikkkan, dalam setahun imbal hasil reksa dana pendapatan tetap naik hampir 20%,” jelasnya.

Namun demikian, untuk kenaikan peringkat ke depan dia memprediksi akan bisa membuat imbal hasil reksa dana pendapatan tetap tumbuh hingga 20%. Paling tidak, katanya, ada di kisaran 10%-15%.

Tidak seoptimistis 2011, tapi karena pasar obligasi sudah tinggi, pertumbuhannya pasti masih di atas 10%.”

Bisnis.com, JAKARTA—Industri asuransi kembali merasakan dampak situasi makro ekonomi pada 2014. Kinerja asuransi yang berbasis unit-linked mengalami penurunan pendapatan karena hasil investasi yang merosot.
Selain masih ada enam perusahaan asuransi yang belum mampu memenuhi permodalan minimum sesuai PP 81 Tahun 2008 sebesar Rp100 miliar pada akhir 2014, kebijakan moneter yang ketat dan perlambatan pertumbuhan ekonomi ikut melemahkan kinerja sebagian perusahaan asuransi.
Bahkan, penurunan kinerja bukan hanya diderita perusahaan asuransi jiwa kecil, tapi juga sebagian besar penguasa pasar asuransi jiwa yang tahun-tahun sebelumnya banyak memanen pertumbuhan.
Menurut Eko B. Supriyanto, Direktur Biro Riset Infobank (birI), dari 48 perusahaan asuransi jiwa ada 15 perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan premi. Sedangkan dari 75 perusahaan asuransi umum yang ada, ada 13 perusahaan yang preminya merosot.
Di tengah kenaikan indeks bursa saham pada 2014 dan tingginya suku bunga deposito karena terjadi perang suku bunga perbankan, cukup banyak perusahaan yang gagal menciptakan kenaikan hasil investasi.
 Dari kinerja hasil investasi, ada 28 perusahaan asuransi yang mengalami penurunan hasil investasi.
“Ada 21 perusahaan asuransi umum dan 7 perusahaan asuransi jiwa mengalami  penurunan hasil investasi, sebagian besar di antaranya mengalokasikan investasi di saham dan reksadana secara signifikan. Asuransi yang berbasis unit-linked masih akan terkana dampak negatif dari perlambatan ekonomi di tahun 2015 ini,” kata Eko dalam siaran pers, Selasa (2/6/2015).
Demikian salah satu hasil kajian Biro Riset InfoBank (BiRI) yang tertuang dalam“Rating 126Asuransi versi InfoBank 2015.”

Bisnis.com, JAKARTA-Meski mulai menunjukkan kinerja positif pada Mei ini, kinerja reksa dana saham dan pendapatan tetap hingga akhir semester I/2015 diprediksi bergerak flat seiring belum adanya sentimen positif dari pasar saham dan obligasi.

Berdasarkan data PT Infovesta Utama, kinerja reksa dana saham sepanjang Mei tercatat 2,87%. Kinerja tersebut sangat membaik bila dibandingkan dengan kinerja bulan sebelumnya yang mencatatkan return -7,56%.

Merosot tajamnya kinerja reksa dana saham pada April, membuat kinerja sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) belum bisa berbalik positif meski pada Mei sudah membaik.

Kinerja return reksa dana saham sejak Januari 2015-Mei 2015 tercatat -2,56%. Edbert Suryajaya, analis PT Infovesta Utama mengatakan untuk Mei, pasar mengalami rebound setelah tertekan sepanjang April.

Namun, kenaikan tersebut merupakan rebound teknikal semata melihat aksi beli investor turun cukup tajam pada periode yang sama.

Menurut kami, kenaikan Mei kemarin masih belum didukung oleh adanya publikasi data-data fundamental yang bagus,” kata Edbert kepada Bisnis, Selasa (2/6).

Berbeda dengan kinerja reksa dana saham yang mulai positif pada Mei ini, kinerja reksa dana pendapatan tetap masih negatif di level -0,54%. Meski demikian, kinerja ytd reksa dana pendapatan tetap masih positif dengan 1,91%.

Menurut Edbert, masih negatifnya kinerja reksa dana pendapatan tetap disebabkan oleh pasar surat utang negara (SUN) yang bergerak cenderung negatif. Meski belum bisa dikategorikan turun, kinerja reksa dana pendapatan tetap bergerak flat.

“Pergerakan pasar seperti ini menurut kami karena investor masih dalam posisi wait and see terhadap pasar SUN. Salah satunya adalah hasil pertemuan The Fed yang akan dilakukan pertengahan Juni ini,” jelasnya.

Dia memprediksi, untuk Juni ini pasar saham dan SUN masih bergerak flat. Belum adanya sentimen positif hingga saat ini merupakan alasan pasar akan cenderung bergerak flat.


JAKARTA kontan. Manajer investasi (MI) memanfaatkan peluang setelah harga saham berguguran akhir bulan lalu. Salah satunya PT First State Investment (FSI) Indonesia. MI ini memburu saham-saham kapitalisasi pasar besar dengan harga cukup murah.
Strategi tersebut diterapkan pada produk reksadana saham bernama First State IndoEquity Sectoral Fund yang diluncurkan pada 18 Januari 2005. Pemilihan saham yang akan dijadikan aset dasar menggunakan strategi bottom up, yakni langsung mencari saham emiten-emiten dengan kriteria tertentu.
Distribution Channel Manager FSI Tandy Cahyadi mengatakan, ada tiga kriteria pemilihan saham untuk reksadana ini. Pertama, pendapatan usaha emiten yang cukup baik. Kedua, pengelolaan perusahaan yang profesional. Ketiga, dari segi valuasi harga sahamnya cukup menarik.
Tak lupa, kapitalisasi saham itu tidak terlalu rendah agar likuiditasnya bagus. "Percuma jika kinerja sudah bagus, tapi kesulitan menjual aset dasarnya. Kami mau yang likuid dan punya potensi bagus," papar Tandy.
Setelah pasar saham mengalami koreksi hebat akhir bulan lalu, Tandy bilang, First State IndoEquity Sectoral Fund fokus memburu saham-saham  dengan kapitalisasi besar. Mayoritas saham yang dipilih berasal dari sektor keuangan. Alasannya, banyak emiten perbankan memiliki likuiditas yang semakin longgar.
Selain itu, emiten sektor keuangan memiliki tingkat kredit macet yang relatif rendah. "Dari segi pendekatan bottom up, emiten perbankan memenuhi kriteria, semua aspeknya baik. Tapi terus kami monitor," jelas Tandy.
Menurutnya, mayoritas aset dasar di sektor keuangan masih akan dipertahankan dalam jangka panjang. Maklum, pemilihan saham dengan pendekatan fundamental cocok untuk investasi jangka panjang.
Produk reksadana ini terbilang agresif mengoleksi efek saham. Akhir Maret 2015, porsi sahamnya mencapai 97,7% dari total dana kelolaan per akhir Maret 2015. Menurut Tandy, porsi aset dasar saham saat ini juga tidak banyak berubah.
Ia memandang, potensi perekonomian Indonesia masih relatif bagus dalam jangka panjang. Sejumlah program Presiden Jokowi, terutama di bidang infrastruktur, berpotensi mendorong perbaikan ekonomi Indonesia ke depan. "Kami harus ada di momentum ini dengan tetap agresif di saham," imbuhnya.
Per 8 Mei 2015, nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan produk ini sebesar Rp 5.467,83. Artinya, produk ini telah memberi imbal hasil 446,78% sejak diterbitkan. Sepanjang tahun ini, Tandy berharap reksadana ini bisa mencapai return tahunan sekitar 12% hingga 15%.
Akhir Maret lalu, dana kelolaan produk ini mencapai Rp 1,3 triliun. Tandy tak memasang target spesifik dana kelolaan akhir tahun ini. "Kami harapkan bisa bertambah dengan bantuan para agen penjual," paparnya.
First State IndoEquity Sectoral Fund mengutip biaya pembelian, penjualan dan pengalihan unit penyertaan sebesar masing-masing maksimal sebesar 2%. Adapun biaya manajemen dipungut maksimal 3% per tahun. Lalu, biaya bank kustodian senilai maksimal 0,25% per tahun.
Analis Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, strategi bottom up merupakan strategi yang mengesampingkan kondisi pasar lantaran lebih fokus pada fundamental emiten. Pada kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) konsolidasi seperti saat ini, strategi tersebut cocok diterapkan untuk mencari saham-saham dengan fundamental baik tapi harga sahamnya murah.
"Strategi ini sangat baik jika nanti IHSG kembali rebound, yang harganya naik duluan adalah saham-saham dengan fundamental bagus," ujar Edbert. Meski begitu, jika pelemahan IHSG terus berlanjut, maka harga saham-saham yang dikoleksi produk ini bakal terkoreksi lebih dalam.
Editor: Yudho Winarto


BOGOR kontan. Koreksi pasar modal yang berlangsung pada akhir April lalu, tak lantas membuat perusahaan manajer investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengubah strategi portofolio reksadana. Setiap reksadana MAMI tetap mengacu pada kaidah strategi investasi masing-masing.

Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro mengatakan saat pasar koreksi kemarin MAMI tidak memutar jenis aset dasar reksadana, misalkan dengan menurunkan porsi efek saham di reksadana saham menjadi lebih konservatif dan diganti dengan porsi efek pasar uang. Menurut Legowo MAMI tidak menjadikan kondisi pasar sebagai faktor penentu pergeseran kelas aset dasar.

"Ada pergeseran kelas aset dasar tapi berdasarkan jumlah redemption investor," papar Legowo, kepada KONTAN, di Bogor, Jumat (8/5). Menurutnya untuk menurunkan tingkat risiko pada reksadana saham, MAMI lebih memilih strategi mengoleksi saham yang sifatnya lebih defensif dan tingkat likuiditasnya lebih tinggi seperti saham LQ45.

Namun bagi reksadana saham yang kebijakannya lebih agresif, produk tersebut akan tetap berinvestasi pada saham-saham second liner maupun small caps (kapitalisasi rendah).

Ia menambahkan hal tersebut juga berlaku bagi strategi reksadana pendapatan tetap milik MAMI. Pada jenis reksadana ini MAMI tidak memutar kelas aset dasar Surat Utang Negara (SUN) menjadi obligasi korporasi agar menurunkan risiko. Menurutnya pada kasus ini dengan obligasi korporasi tidak lantas membuat tingkat risiko reksadana pendapatan tetap menurun.

Menurutnya obligasi korporasi justru punya risiko tersendiri yakni sifatnya yang tidak likuid di pasar sekunder. "SUN lebih volatil karena lebih likuid. Sedangkan obligasi korporasi tidak volatil karena tidak likuid. Jadi bukan berarti tingkat risiko obligasi korporasi menjadi lebih rendah dibanding SUN," ujar Legowo.

Pada reksadana pendapatan tetap strategi menurunkan risiko di tengah kondisi pasar modal koreksi berupa menaikkan maupun menurunkan tingkat durasi portofolio. Meski strategi ini tetap mengacu pada kebijakan investasi masing-masing produk. "Ada reksadana pendapatan tetap yang durasinya cuma dua tahun. Tapi ada juga produk lain yang durasinya mengikuti indeks acuannya seperti HSBC Bond Index yang berdurasi antara 6 tahun hingga 7 tahun," papar Legowo.

Tambahnya, secara garis besar strategi pemilihan efek dalam reksadana MAMI akan memanfaatkan tingkat likuiditas untuk berinvestasi sepenuhnya sesuai dengan kebijakan investasi agar dapat memaksimalkan tingkat imbal hasil. Sehingga likuiditas yang dimiliki reksadana tersebut murni digunakan hanya untuk memenuhi transaksi investor saat redemption.

Untuk itu ia menyarankan agar investor dapat berinvestasi sesuai dengan tingkat volatilitas jenis reksadana yang dipilih. "Kalau reksadana saham tingkat volatilitasnya tinggi. Jika investor tidak bisa menanggung risiko tersebut maka sebaiknya berinvestasi pada reksadana yang volatilitasnya lebih rendah seperti pendapatan tetap atau pasar uang," tambahnya.
Editor: Uji Agung Santosa
kontan: 
JAKARTA. Tawaran reksadana pasar uang kian bertambah. Kali ini dua produk baru dari BNI Asset Management siap meramaikan pasar. Salah satu produk reksadana pasar uang diterbitkan dalam denominasi rupiah dengan nama BNI-AM Dana Liquid Priorita. Produk ini menggunakan bank kustodian Bank Bukopin.

Sedangkan produk lainnya dalam denominasi dollar Amerika Serikat (AS) dengan nama BNI-AM Dana Liquid Prio USD. Produk ini juga menggunakan Bank Bukopin sebagai bank kustodian.

Hanif Mantiq, Senior Fund Manager BNI Asset Management mengatakan reksadana pasar uang diluncurkan untuk membidik investor yang menginginkan special rate atau suku bunga khusus. Kedua reksadana pasar uang akan berisi term deposit. "Saat ini investor sulit mendapatkan special rate di perbankan. Oleh karena itu, investor masuk ke reksadana," kata Hanif.

Diperkirakan reksadana pasar uang denominasi rupiah akan membagikan return 7,4% per tahun. Sedangkan produk berbasis dollar AS akan membagikan return sekitar 1,7% per tahun.

Direktur BNI Asset Management Isbono mengatakan menargetkan total dana kelolaan Rp 14,7 triliun hingga Rp 15 triliun tahun ini. Dana kelolaan tersebut naik dibandingkan posisi saat ini yang sekitar Rp 10,3 triliun.
Editor: Uji Agung Santosa


Jakarta detik -Instrumen investasi banyak macamnya, salah satunya reksa dana. Investasi jenis ini dinilai cocok bagi investor pemula karena acuan yang digunakan bermacam-macam. Bisa obligasi, saham, pasar uang, atau campuran antara saham dan obligasi.

Bagaimana cara untuk memulai investasi di reksa dana?

Menurut agen penjual reksa dana dari Manulife Aset Manajemen yang ditemui detikFinance di Menara Radius Prawiro, komplek Bank Indonesia (BI), Jumat (24/4/2015), masyarakat perlu membuka rekening reksa dana dan mengisi formulir yang telah disediakan. Sertakan foto kopi KTP dan NPWP untuk nasabah individu, dan fotokopi dokumen sesuai persyaratan untuk nasabah institusi.

Kemudian Anda dipersilakan memilih jenis reksa dana dan besaran dana yang akan diinvestasikan sesuai kebutuhan. Setelah itu, silakan menentukan apakah investasi akan dilakukan secara berkala setiap bulan atau hanya sewaktu-waktu.

Jika investasi dilakukan secara rutin per bulan, kita bisa memilih transfer dana ke rekening efek secara auto debet. Setiap orang akan punya rekening efek setelah mendaftar.

Dana yang Anda investasikan dikelola oleh Manajer Investasi. Saat transaksi akan dikonfirmasi, bank kustodian akan mengirimkan laporan transaksi dan laporan keuangan setiap bulan ke alamat rumah masing-masing.

"Untuk setiap transaksi, baik itu jual atau beli, kita bebas fee. Tidak akan kena biaya," ujar si petugas.

Sebelumnya, Direktur Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fakhri Hilmi mengatakan reksa dana adalah investasi yang cukup terjangkau. Biaya awalnya bisa dengan Rp 100.000.

"Mudah dan terjangkau, itu sudah menjadi target OJK agar coverage semakin luas. Dengan Rp 100.000 bisa investasi, bisa dijangkau hampir seluruh masyarakat," kata Fakhri.

"Reksa dana sekarang untuk pembelian awal sudah ada yang Rp 100.000. Ada reksa dana berbasis obligasi, ada yang saham. Kalau saham rata-rata return 20-30% per tahun," lanjut Fakhri.
(drk/hds)


JAKARTA kontan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membubarkan 145 reksadana sepanjang 2014. Dari total tersebut, mayoritas merupakan reksadana terproteksi.
"Kami telah menerbitkan 145 surat pembubaran reksadana," ujar Muliaman Dharmansyah Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, Jakarta. Surat pembubaran tersebut terdiri dari 135 reksadana konvensional dan sepuluh reksadana syariah.
Sebagian besar reksadana konvensional yang dibubarkan merupakan reksadana terproteksi, jumlahnya sebanyak 111 reksadana. Pembubaran tersebut dilakukan produk tersebut telah jatuh tempo. Sedangkan sisanya, sekitar sembilan reksadana campuran, tujuh reksadana saham, tujuh reksadaan pendapatan tetap dan satu reksadana pasar uang.
Adapun untuk 10 reksadana syariah yang bubar juga didominasi oleh reksadana syariah terproteksi sebanyak empat reksadana. Sisanya, dua reksadana syariah saham, tiga reksadana syariah campuran dan satu reksadana syariah pendapatan tetap.
Vice President Investment Quant Kapital Investama Hans Kwee mengatakan selain jatuh tempo, pembubaran reksadana juga dipicu oleh dana kelolaan produk yang tidak mencapai Rp 25 miliar sesuai syarat OJK. Dia mengaku, tertahannya kondisi ekonomi akibat pemilihan umum pada tahun lalu mengakibatkan manajer investasi kesulitan mengumpulkan dana kelolaan reksadana. "Banyak produk yang baru terbit membutuhkan waktu untuk mencari dana Rp 25 miliar," ujar Hans.
Di sisi lain, OJK juga menerbitkan 216 surat efektif pernyataan pendaftaran reksadana yang unit penyertaannya ditawarkan melalui penawaran umum. Diantaranya, kata Muliaman, sebanyak 117 reksadana terproteksi, 25 reksadana saham, dan 24 reksadana pasar uang.
Kemudian, sebanyak 17 reksadana pendapatan tetap, sepuluh reksadana campuran, delapan reksadana syariah saham serta lima reksadana syariah pasar uang. Lalu, tiga reksadana syariah terproteksi, dua reksadana syariah campuran dan dua reksadana exchange traded fund (ETF) indeks. Sisanya, reksadana indeks, ETF saham dan reksadana syariah pendapatan tetap masing-masing satu produk.
Dengan demikian, jumlah produk reksadana bertambah 71 produk sepanjang tahun lalu menjadi 894 produk dibandingkan akhir 2013 yang sebanyak 823 produk.
Dana Kelolaan Tumbuh
Kendati banyak reksadana yang dibubarkan, namun dana kelolaan reksadana sepanjang 2014 masih positif. OJK mencatat dana kelolaan reksadana yang ditawarkan melalui penawaran umum naik menjadi Rp 241,5 triliun dari akhir 2013 yang Rp 192,54 triliun.
Menurut Muliaman, kenaikan dana kelolaan ditopang oleh membaiknya perekonomian global serta serta adanya Pemilihan Umum Presiden yang turut berdampak
pada kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI). Dimana, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada pada posisi 5.226,95 di akhir tahun atau meningkat sebesar 22,29% dibandingkan tahun sebelumnya. "Demikian juga dengan pasar obligasi yang mengalami peningkatan," ujar dia.
Hans mengatakan peningkatan dana kelolaan juga ditopang oeh dana masuk dari investor institusi. "BPJS, Dana pensiun dan asuransi masih tumbuh dan cenderung menempatkan dana di reksadana," tutur Hans.
Hans memperkirakan reksadana masih memiliki prospek menarik tahun ini. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) diperkirakan akan memicu turunnya suku bunga deposito. Sehingga, investor akan memilih menempatkan dana di reksadana dengan return yang lebih menarik.
"Selain itu, pasar saham dan obligasi akan menarik di semester II sehingag akan mengangkat dana kelolaan reksadana," tutur Hans.
Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan dana kelolaan reksadana tahun ini masih berpotensi mengalami peningkatan. Kenaikan didukung oleh kedua faktor, yaitu prospek kinerja reksadana yang relatif baik di tahun ini serta penambahan unit penyertaan yang dipicu oleh subscription existing investor, penambahan produk baru, serta penambahan jumlah investor baru.
Editor: Uji Agung Santosa

INILAHCOM, Jakarta - Pasar Modal Indonesia berkeinginan mencapai peringkat nomor dua tingkat Asean. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan itu akan tercapai dengan memperbanyak jumlah investor pasar modal.

"Saya kira tugas mendorong dengan sosialisasi pasar, kita perbanyak jumlah investor, dorong IPO, dorong yang ingin mengeluarkan surat utang," ujar Muliaman di Jakarta, Jumat (20/03/2015).

Ia mengatakan untuk mendorong dan menyosialisasikan pasar modal membutuhkan sumber daya manusia. Menurut dia, dengan peningkatan sumber daya manusia akan mampu menjembatani itu semua.

Selain sumber daya manusia, mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tersebut menguraikan harus membangun penegakan hukum. "Dalam artian menjaga bentuk investasi bodong agar tidak merugikan masyarakat. Belum banyak yang faham. Sesuatu yang mudah kita sosialisasika, pemanfatan optimal. Kita harus memperkuat pasar modal, sekaligus penegakan inforcment," kata dia. [aji] - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2188606/pasar-modal-indonesia-target-nomor-dua-asean#sthash.586UO1pI.dpuf
Bisnis.com, JAKARTA— Kinerja reksadana kompak menguat pada perdagangan Kamis (19/3/2015).
Dari perhitungan rata-rata kinerja reksadana di dalam negeri oleh Infovesta Utama, terhitung kinerja reksadana saham memberikan return satu hari paling tinggi, yaitu 0,85%.
Selanjutnya hasil yang diberikan reksadana campuran (+0.52%), sedangkan reksadadana pendapatan tetap memberikan hasil 0,23%, dan pasar uang +0,02%.
Berikut perhitungan hasil indeks reksadana, Kamis (19/3/2015): 
ReksadanaNilaiReturn 1 hari (%)
Pendapatan tetap3.067,49+0,23
Campuran5.915,06+0,52
Saham9.171,80+0,85
Pasar Uang1.139,09_0,02
 Sumber: Infovesta.com, 2015

 

Manajer Investasi di Indonesia Belum Memadai


Jakarta – Jumlah dan keterampilan (skill) manajer investasi di Indonesia dinilai belum memadai, sehingga masih tertinggal dari beberapa negara di Asia seperti Singapura dan Hong Kong.
Direktur Utama PT Eastspring Investment Indonesia Riki Frindos mengungkapkan, tenaga profesional manajer investasi yang mempunyai skill dan pengetahuan tentang pasar modal Indonesia masih terbatas, meski industri manajemen aset terus berkembang.
“Tetapi kita masih butuh lebih banyak lagi dan terus mengembangkan kemampuannya di bidang manajemen aset,” kata Riki kepada Investor Daily di Jakarta, Senin (9/3).
Dia menegaskan, semua stakeholders di industri manajemen aset perlu mendorong peningkatan skill manajer investasi di Tanah Air. Meski demikian, Indonesia tidak perlu takut terhadap manajer investasi asing.
Menurut Riki, manajer investasi lokal tidak perlu resah selama manajer investasi asing tersebut ikut berkontribusi dalam mengembangkan industri manajemen aset di Indoensia menjadi lebih berkualitas.
“Karena yang menjadi nomor satu adalah masyarakat atau investor. Masyarakat harus mendapatkan kesempatan berinvestasi yang paling bagus,” ujar Riki.
Lebih lanjut dia mengatakan, jangan sampai belum memadainya manajer investasi lokal mendorong larangan masuknya manajer investasi asing ke Indonesia. Dia menyontohkan, lima hingga tujuh tahun yang lalu, manajer investasi dari Amerika Serikat dan Eropa banyak datang ke Asia, terutama Singapura dan Hong Kong. Saat ini, negara-negara tersebut sudah menjadi acuan manajer investasi di Indonesia.
Produk Baru
Riki mengungkapkan bahwa tahun ini perseroan tengah mengkaji untuk menerbitkan produk baru reksa dana. Eastspring berencana melengkapi produk reksa dana yang sudah ada dan meramu diversifikasi produk. “Kami bakal menerbitkan produk yang sesuai dengan permintaan nasabah,” tutur dia.
Sampai saat ini, Eastspring teah menerbitkan lima produk reksa dana, yaitu dua reksa dana saham, dua reksa dana pendapatan tetap, dan satu reksa dana pasar uang.
Sebelumnya, Chief Investment Officer Eastspring Ari Pitoyo menjelaskan, di tengah ekonomi yang terlihat melambat, pihaknya akan memilih portofolio emiten yang terproteksi dari naik turunnya harga bahan bakar minyak (BBM).
"Tahun ini yang kinerja sahamnya sudah naik konstruksi. Infrastruktur belum, karena terkena imbas penurunan harga minyak global. Namun, ada peluang terutama untuk infrastruktur gas, karena terkait proyek-proyek pemerintah di bidang energi," jelas Ari.
Sebelumnya, Riki Frindos mengungkapkan bahwa industri reksa dana masih memiliki banyak peluang untuk melaju tahun ini. Meskipun imbas hasil (yield) obligasi di bawah 8 persen dan suku bunga acuan (BI rate) masih tinggi sebesar 7,75 persen, industri reksa dana diperkirakan masih akan tetap bertumbuh tahun ini.
"Mungkin awal-awal tahun ini kinerja reksa dana masih belum kelihatan, karena investor masih mencermati kondisi ekonomi dan politik. Tetapi pada saat wait and see seperti ini, justru bagus untuk akumulasi investasi. Seperti tahun lalu, walaupun pelaku pasar banyak yang meragukan kondisi ekonomi Indonesia pada tahun politik, namun setelah pemimpin baru terpilih pasar menjadi positif," jelas Riki.
Mengenai persaingan dengan bunga bank, menurut dia, reksa dana bisa memberikan tingkat pengembalian investasi (return) yang lebih tinggi dan terjaga. "Memang untuk orientasi jangka pendek, investasi di bank seperti deposito menggiurkan. Namun, belum tentu bunganya akan tetap,” ujar dia.

Penulis: Muhammad Rausyan Fikry/WBP
Sumber:Investor Daily


INILAHCOM, Jakarta - PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) membukukan Asset under management (AUM) sebesar Rp52,57 triliun.

Director of Busines Development PT Manulife Aset Management Indonesia, Putut Endro Andanawarih mengatakan paling besar di saham. "Tumbuh 18 persen perolehan AUM pda 2014," ujar Putut di Jakarta, Kamis (5/3/2015).

Ia menjelaskan komposisi perolehan AUM , 40 persen berasal dari saham, 40 persen pada saham fix income campuran dan sisanya pasar uang. "Untuk target AUM 2015 kita belum bisa kasih, karena mempengaruhi investor," tuturnya.

Sementara Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Nur Hasan mengatakan sebanyak 85% investor puas kondisi finansial.

" Sebanyak 73% percaya bahwa kondisi keuangan mereka akan lebih baik dalam dua tahun kedepan. Untuk 69% merasa kondisi mereka saat ini lebih baik daripada dua tahun lalu," katanya.

Ia melanjutkan sebanyak 80% percaya kondisi finansial anak-anal mereka akan menjadi jauh lebih baik. Selain itu 72% mengatakan bahwa mereka akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik pada usia pensiun.

"Dengan persentase tertinggi di Asia, investor Indonesia juga yakin bahwa masa sekarang adalah saat yang tepat untuk berinvestasi," katanya. [jin] - See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2184172/manulife-bukukan-dana-kelolaan-rp5227-triliun#sthash.jtJNgqg0.dpuf