Sabtu, 18 Desember 2021

reksa dana PASAR UANG, gw inves juga

JO inves 2 produk reksa dana pasar uang neh : 







per tgl 06 Maret 2020:


🍉

per tgl 28 Februari 2020:

🍑

per tgl 16 Desember 2019: 
🍉



per tgl 08 Juni 2018: 

KOMPAS.com - Dengan mimik muka serius Kurniawan Sulaiman mengingatkan ihwal nasihat Warren Buffet. "Bapak investor itu kan menasihati agar investor reksadana jangan greedy (rakus)," tutur Kepala Bagian Wealth Management Bank Mayora dalam perbincangan dengan media pada Kamis pekan lalu seputar reksadana. Warren Buffet, sosok yang hingga saat ini menjadi panutan dalam dunia investasi memang mencatatkan petuah-petuahnya terkait cara-cara mendapatkan dan mempertahankan keuntungan berinvestasi di pasar saham. Salah satu yang merangkum petuah-petuah itu adalah Phil Tom. Phil Tom, penasihat investasi asal AS, menulis dalam laman ruleoneinvesting.com bertajuk 29 Warren Buffett Quotes on Investing, Life & Success. Ada 29 petuah di dalam tulisan itu. Uniknya, larangan untuk tidak bersikap greedy alias rakus ada di dalamnya. "Bersikap rakus adalah cermin pengelolaan hidup yang payah," begitu nasihat Warren Buffet. Kembali pada Kurniawan Sulaiman, di dalam berinvestasi pada produk reksadana, sikap bijaksana adalah mencermati pergerakan pasar yang fluktuatif sebagai ganti sikap rakus tersebut. "Pahami profil risiko investasi reksadana," katanya mewanti-wanti. Reksadana pasar uang Kurniawan yang mendapat tugas mengembangkan diversifikasi produk Bank Mayora melalui reksadana sejak 2017 itu membeberkan catatan termutakhir APRDI (Asosiasi Pengelola Reksadana di Indonesia). Pada Kuartal 1 (Q1) 2017, APRDI mematok target 1 juta investor reksadana untuk seluruh produk mulai dari reksadana pasar uang hingga reksadana saham yang profil risikonya paling tinggi. "Realisasinya sampai saat ini baru tercapai sekitar 500.000 investor," katanya. Para investor itu, menurut data, juga masih terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). "Jabodetabek masih menjadi yang terbesar untuk investasi reksadana," ujarnya. Kembali Kurniawan membandingkan jumlah investor reksadana dengan nasabah perbankan di Indonesia. Jumlah penanam saham reksadana kalah jauh dengan nasabah perbankan. "Nasabah perbankan itu bisa sepuluh kali lipat lebih dari jumlah investor reksadana," kata Kurniawan. Fakta dari data itu, menurut hemat Kurniawan, kemudian, menunjukkan bahwa pemahaman tentang reksadana pada masyarakat Indonesia secara umum memang masih jauh panggang dari api. "Padahal, reksadana itu kan produk yang diakui resmi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," imbuhnya. Dari data itu pula, Kurniawan mencoba membandingkan tingkat pemahaman reksadana antara penduduk Indonesia dengan Negeri Jiran Malaysia. Menurutnya, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 258 juta jiwa tak sebanding dengan penduduk Malaysia yang kurang dari 90 juta jiwa. "Tapi, pemahaman penduduk Malaysia tentang reksadana jauh lebih tinggi dari Indonesia. Bisa mencapai 40 persen lebih," ujarnya. Kurniawan lantas memberikan penekanan pada calon investor untuk memilih produk reksadana pasar uang sebagai langkah awal. "Produk ini kan risikonya terbilang paling moderat ya," imbuh Kurniawan. Berkenaan dengan risiko moderat itu, Kompas.com menyitir catatan kolom Rudyanto Zh pada edisi 3 April 2017. (Baca: Berapa Ekspektasi "Return" yang Wajar di Reksa Dana Pasar Uang?) Di situ, Rudiyanto menulis bahwa reksadana pasar uang hanya berinvestasi pada instrumen pasar uang atau surat berharga jatuh temponya di bawah 1 tahun. Reksadana ini pun hanya memberikan bunga atau kupon seperti deposito dan obligasi. Rerata return atau tingkat pengembalian yang diterima pada saat melakukan investasi pada reksadana pasar uang pun relatif stabil di kisaran 5-6 persen. Kurniawan Sulaiman melanjutkan, berinvestasi pada reksadana pasar uang bisa menjadi pilihan lantaran risikonya sudah bisa dikenali sejak awal. "Berinvestasi di reksadana pasar uang adalah tempat untuk mengukur timing (waktu) sebelum masuk ke produk yang risikonya lebih tinggi," ujar Kurniawan. Lagi pula, secara umum, reksadana bisa dicairkan tanpa harus menanti jangka waktu. "Ini salah satu pembedanya dengan deposito," katanya. Mengambil analogi pada kisah pertempuran, Kurniawan menerangkan, reksadana pasar uang adalah tempat yang pas untuk menyimpan "peluru" demi memahami risiko investasi reksadana. "Kita akan tahu timing-nya yang tepat. Kita keluarkan 'peluru' itu," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul " Yuk Simpan "Peluru" di Reksadana Pasar Uang!", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/06/08/030700826/-yuk-simpan-peluru-di-reksadana-pasar-uang-. 
Penulis : Josephus Primus

Editor : Kurniasih Budi


🌼

per tgl 04 Mei 2018: 



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang April lalu, reksadana pasar uang mencatat kinerja terbaik di antara reksadana jenis lainnya. Tercermin pada Infovesta Money Market Fund Index yang naik 0,33% secara month-on-month (MoM).
Menurut data Infovesta Utama, berikut adalah lima reksadana pasar uang yang mencatat kinerja terbaik selama April 2018:
1. Mandiri Pasar Uang Optima dengan return 0,8%
2. Prospera Dana Lancar dengan return 0,66%
3. Valbury Money Market I dengan return 0,52%
4. Maybank Money Market Fund 5 dengan return 0,51%
5. Mega Asset Multicash dengan return 0,51%
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa, menjelaskan, reksadana Mandiri Pasar Uang Optima menempatkan dana sepenuhnya alias 100% pada deposito berjangka. Reksadana yang ditujukan khusus untuk investor institusi ini sengaja dikelola secara lebih konservatif ketimbang reksadana pasar uang MMI lainnya.
Dalam memilih deposito, Alvin mengaku sangat selektif memilih bank. Preferensi MMI cukup beragam pada bank BUKU II, BUKU III, maupun BUKU IV.
"Untuk menentukan besar porsi dana yang ditempatkan, kami review bank dari laporan kinerjanya setiap kuartal, serta beberapa indikator rasio seperti adequcy ratio, loan to funding ratio, dan non-performing loan," papar Alvin, Jumat (4/5).

Alvin menargetkan, hingga akhir tahun return reksadana ini setidaknya mampu mengungguli return time-deposit bank-bank besar, yaitu sekitar 1%. "Untuk reksadana pasar uang, kami yakin appetite selalu ada karena sifatnya yang likuid dan jangka pendek," imbuhnya.

🌻

per tgl 19 Februari 2018, tren aset reksa dana pasar uang meningkat:

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana pasar uang berhasil mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi. Reksa dana jenis ini berhasil mendongkrak pertumbuhan NAB hingga sebesar 18,36%.
Berdasarkan data yang dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Senin (19/2/2018), per 31 Januari lalu total NAB reksa dana pasar uang tercatat senilai Rp58,05 triliun. Adapun, pada penghujung tahun lalu, total NAB senilai Rp49,82 triliun.
Pasar uang berhasil mengungguli pertumbuhan NAB reksa dana aktif lainnya. Reksa dana saham misalnya, yang hanya tumbuh sebesar 5,83% per 31 Januari lalu menjadi Rp127,35 triliun, maupun reksa dana campuran yang hanya tumbuh sebesar 3,84% menjadi Rp27,32 triliun.
Meskipun banyak manajer investasi yang meluncurkan produk baru jenis ini, pertumbuhan NAB reksa dana terproteksi justru menjadi yang terendah yakni hanya sebesar 0,3%. Hingga akhir bulan lalu, total NAB reksa dana terproteksi senilai Rp112,41 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan NAB reksa dana pendapatan tetap tercatat sebesar 1,86% di angka Rp109,93 triliun. Padahal biasanya, pertumbuhan tertinggi ditorehkan oleh reksa dana saham atau reksa dana pendapatan tetap.
🍷
per tgl 12 Desember 2017, tren NAB reksa dana pasar uang: Manulife Dana Kas II, sbb: 


🍣

KONTAN.CO.ID - Penurunan bunga wajar penjaminan (LPS rate) simpanan rupiah sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% berpeluang menurunkan suku bunga Deposito. Dalam kondisi seperti ini, Agustina Fitria Aryani Financial Planner Head OneShildt Financial Planning mengatakan, imbal hasil reksadana pasar uang lebih menguntungkan daripada Deposito.
Agustina mengatakan, turunnya LPS rate akan lebih besar berpengaruh pada turunnya suku bunga Deposito daripada pada imbal hasil reksadana pasar uang. Tentu saja reksadana pasar uang bisa diinvestasikan pada produk pasar uang yang beragam, tidak hanya Deposito melainkan di obligasi dengan jangka waktu di bawah satu tahun. "Porsi Deposito yang ada di reksadana pasar uangmemang ikut turun bunganya, tetapi ada porsi yang diinvestasikan pada obligasi yang rata-rata bunga tidak akan berubah hingga jatuh tempo," kata Agustina.
Menurut Agustina penurunan LPS rate bisa membuat orang-orang yang ingin memperpanjang Deposito jangka pendeknya akan menerima bunga yang lebih rendah. Sedangkan, jika orang tersebut menaruh investasi pada reksadana pasar uang, efek penurunan LPS rate tidak akan sebanyak Deposito.
Dari sisi keuntungan, bagi investor yang menginginkan untung yang lebih besar, bisa memindahkan atau memiliki reksadana pasar uang. "reksadana pasar uangdari sisi imbal hasilnya lebih bagus daripada Deposito karena variasi investasinya lebih banyak," kata Agustina.
Selain itu pada reksadana pasar uang memiliki pajak yang lebih rendah daripada Deposito sehingga tentu lebih menguntungkan. Investor baiknya mengetahui keuntungan dan kerugian dari dua instrumen investasi tersebut.
Secara likuiditas reksadana pasar uang lebih likuid dibanding Deposito. "Deposito umum bukan on call bila dicairkan sebelum jatuh tempo bisa kena penalti atau bunga berjalan tidak dibayar," kata Agustina. Sementara reksadana pasar uang memiliki dana yang lebih likuid.
Hanya saja, praktisnya memiliki instrumen Deposito adalah begitu jatuh tempo cair, uang akan otomatis kembali masuk ke tabungan dan investor bisa langsung akses uang tersebut melalui ATM. Sementara, pada reksadana pasar uang, investor bisa redeem untuk mencairkan dana.
Namun, pertimbangkan kembali apakah reksadana yang dimiliki memiliki sistem online atau tidak. Tentunya, kegiatan redeem akan merepotkan jika harus dilakukan di kantor bank atau reksadana tersebut.
Memandang dari sisi kebutuhan keuangan, Agustina mengatakan Depositococok bagi orang yang mengharapkan adanya bunga setiap bulan. "Investor yang butuh cash flow lebih cocok di Deposito," kata Agustina. Sementara investor yang mengincar imbal hasil lebih tinggi dari Deposito dan membutuhkan likuiditas cocok memiliki reksadana pasar uang. Alasannya karena pada reksadana pasar uang bisa dicairkan kapan saja tanpa terkena penalti.
Kedua, penting juga dipertimbangkan apakah Anda termasuk orang yang fleksibel dalam memindahkan instrumen investasi Anda? "Misalnya, di bank saat ini tidak menjual reksadana tapi dia mau usaha repot sedikit untuk pindah di bank lain yang menawarkan reksadana, atau bahkan memiliki reksadana online, ya oke reksadana pasar uang bisa jadi pilihan," kata Agustina.


per tgl 17 September 2017: 

KONTAN.CO.ID - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menurunkan suku bunga penjaminan sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Manajer Investasi melihat hal tersebut sebagai momentum bagus untuk memacu kegiatan investasi.
Vivian Secakusuma, Presiden Direktur BNP Paribas Investment Partners melihat, pemangkasan suku bunga LPS merupakan tindak lanjut dari pemangkasan tingkat suku bunga 7-day RR oleh BI. Di mana langkah ini ditujukan untuk memacu pertumbuhan kredit yang diharapkan dapat membantu pertumbuhan ekonomi. "Di sisi investasi, turunnya tingkat suku bunga justru memberikan potensi ke pasar obligasi," jelas Vivian kepada KONTAN.
Dia menjelaskan, dengan kondisi suku bunga yang menurun, reksadana berbasis obligasi menjadi kembali menarik untuk investor yang ingin mencari instrumen aman. Sedangkan bagi investor yang mencari volatilitas lebih tinggi, reksadana saham menjadi pilihan yang menarik, terutama opsi yang berkaitan dengan tema infrastruktur. "Tema ini menjadi fokus pemerintah, dan penurunan tingkat suku bunga juga dapat memacu lebih jauh proyek pembangunan infrastruktur," lanjut Vivian.
Sedangkan untuk opsi reksadana pasar uang yang berkaitan erat dengan tingkat suku bunga, Vivian menganjurkan investor untuk menilik porsi portofolionya. Pasalnya reksadana pasar uang yang terlalu banyak mengambil porsi obligasi korporasi biasanya tidak terlalu likuid dan valuasi bisa naik maupun turun. Apabila harga obligasi turun, maka kinerjanya bisa terpengaruh. Maka sebaiknya investor juga menimbang porsi deposito yang dapat mengimbangi kinerja surat utang tersebut.
Sedangkan porsi investasi berupa deposito sebaiknya digunakan untuk menyimpan uang yang sudah terkumpul dalam jumlah cukup besar untuk jangka pendek hingga menengah. Untuk para investor yang sedang mengumpulkan atau menabung uang dapat menambah reksadana pasar uangsebagai alternatif tabungan.
Jadi uang harian yang tersisa dapat dimasukkan ke dalam reksadana pasar uangkapan saja, karena nilai investasinya yang terjangkau dan tingkat likuiditasnya yang tinggi. "Jangan dibiarkan uang menganggur," tutup Vivian. Jadi ayo mari mulai menabung dan menambah uang.




👌

per tgl 06 Januari 2017, schroder dana likuid memberikan potential gain% dalam jangka panjang yang tetap positif: 





per tgl 23 Nov 2016, manulife dana kas 2 memberikan potential gain% tetap positif neh : 



👄



💘

JAKARTA okezone - Penurunan suku bunga yang disebabkan oleh inflasi yang terus turun membuat bunga simpanan tabungan dan deposito menjadi kurang menarik. Lembaga Penjamin Simpanan pun ikut merespon dengan menurunkan tingkat suku bunga penjaminan rupiah sebesar 50 basis poin yang berlaku efektif mulai tanggal 15 September 2016.
Prihatmo Hari Mulyanto, Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM) mengatakan, dengan suku bunga rendah sekarang ini, masyarakat bisa mulai melirik produk investasi yang memberikan imbal hasil menarik seperti Reksa Dana Pasar Uang (RDPU).
"Selain itu, RDPU juga produk reksa dana yang likuid dan memiliki risiko relatif rendah," kata dia dalam siaran persnya di Jakarta.
RDPU memiliki kebijakan investasi 100 persen pada instrumen pasar uang deposito atau obligasi yang jatuh temponya kurang dari satu tahun. Jadi meskipun suku bunga simpanan turun, imbal hasil pasar uang masih akan dapat terjaga dengan potensi kenaikan dari harga obligasi.
Saat ini, DIM mengelola beberapa produk reksa dana pasar uang dengan total dana kelolaan hampir Rp 2 triliun per 30 September 2016 dan produk yang menjadi unggulan adalah Danareksa Seruni pasar uang II.
Berdasarkan data dari www.infovesta.comper 30 September 2016, Selama satu tahun terakhir Danareksa Seruni Pasar Uang II memberikan imbal hasil 7,34 persen nett lebih baik dibandingkan rata-rata kinerja RDPU yang ada di industri yang hanya memberikan sebesar 5,46 persen nett. Untuk dapat berinvestasi pada Danareksa Seruni pasar uang II, masyarakat dapat menghubungi DIM atau agen penjual bank seperti Bank Mandiri, Commonwealth Bank, CIMB Niaga, BNI dan beberapa bank lainnya.
Dua bulan lalu, PT Danareksa Investment Management(DIM) resmi menandatangani kesepakatan kerjasama (Memorandum of Understanding/MOU) atas pengelolaan investasi melalui skema Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) bersama dengan Perum Perumnas dalam program pengadaan rumah murah khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
”RDPT yang kami rancang adalah RDPT Ekuitas, yang menjadi produk alternatif investasi dan salah satu solusi untuk mendukung Perum Perumnas menjalankan program pemerintah dalam pengadaan 1 juta rumah. Dengan potensi imbal hasil dan dampak sosial ekonomi yang akan digarap ini, kami optimis investor akan berminat pada produk ini,” kataPrihatmo Hari Mulyanto.
Melalui RDPT Ekuitas ini, pihak Perumnas akan mendapatkan pendaanan alternatif untuk membangun proyek perumahan dari para pemodal (investor) yang kemudian dana tersebut akan dikelola oleh DIM. Diharapkan, tambahan pendanaan alternatif ini dapat memperkuat lini bisnis Perumnas ke depan serta meningkatkan kapasitas produksi perumahan yang berkualitas baik, selain pendanaan yang didapat dari pemerintah dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN), pinjaman bank, dan juga pendanaan internal Perumnas.
(dni)





Jakarta KONTAN. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 day reverse repo tak mempengaruhi strategi manajer investasi. Salah satunya, PT Mandiri Manajemen Investasi (MMMI) yang mempertahankan strategi reksadana pasar uang Mandiri Dana Optima kelolaannya.
Mauldy Rauf Makmur, Head of Corsec dan Business Suport MMI mengatakan reksadana tersebut menempatkan mayoritas aset dasar pada deposito. "Kami belum ada perubahan strategi," ujar Mauldy, Jakarta, Senin (26/9).
Menilik fund factsheet Mei 2016, seluruh portofolio reksadana ditempatkan pada pasar uang. Kepemilikan aset dasar terbesar antara lain deposito Bank CIMB Niaga, deposito Bank Mandiri dan deposito Bank Maybank Indonesia. Selain itu juga ditempatkan pada deposito Bank Permata serta deposito Bank Tabungan Negara (BTN).
"Produk ini memberikan tingkat likuiditas yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dana tunai dalam waktu yang singkat sekaliguus memberikan tingkat pendapatan investasi yang menarik," ujar Mauldy.
Tingkat risiko produk ini termasuk rendah. Sedangkan periode investasi merupakan jangka pendek kurang dari tiga tahun.
Risiko utama investasi pada reksadana ini antara lain risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik, risiko wanprestasi dan risiko likuiditas. Juga, risiko berkurangnya nilai aktiva bersih setiap unit penyertaan serta risiko pembubaran dan likuidasi.
Infovesta Utama mencatat produk ini membagikan return 6,18% dalam satu tahun terakhir per 23 September 2016. Kinerja tersebut lebih tinggi ketimbang rata-rata return reksadana pasar uang yang sebesar 5,48% pada periode yang sama.
MMI memperkirakan tingkat suku bunga deposito masih akan mengalami penurunan secara bertahap hingga akhir tahun. Sementara itu, pasar obligasi dalam negeri diprediksi positif karena rendagnya laju inflasi dan tingkat suku bunga.
Tren imbal hasil rendah di pasar global juga mengakibatkan obligasi Indonesia menjadi menarik bagi investor. "Target return untuk Mandiri Dana Optima di akhir tahun tergantung suku bunga deposito," ujar Mauldy.
Reksadana yang diluncurkan 17 September 2013 ini mencatat dana kelolaan Rp 563,68 miliar pada akhir Mei 2016. Investor bisa menyisihkan Rp 5 miliar untuk minimum pembelian awal dan pembelian selanjutnya. Minimum pembelian tersebut bisa berbeda untuk pembelian unit penyertaan di agen penjual efek reksadana (APERD).
Sedangkan untuk minimum penjualan kembali unit penyertaan ditetapkan Rp 100 juta setiap transaksi. Nominal tersebut juga bisa berbeda untuk penjualan kembali yang dilakukan di APERD.
Investor akan dikutip biaya imbal jasa manajer investasi maksimal 15%. Selain itu juga imbal jasa bank kustodian maksimal 0,15%.
Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo memperkirakan reksadana ini akan tumbuh moderat sesuai dengan bunga deposito masing-masing bank yang menjadi aset dasar. Diprediksi produk ini akan berkinerja sekitar 5% hingga akhir tahun.
"Kinerja Mandiri Dana Optima YTD per 23 September 2016 sebesar 4,37% menjadi Rp1.226,79 per unit penyertaan. Hingga akhir tahun, kinerja produk akan bergerak tidak jauh berbeda dengan rata-rata kinerja reksadana pasar uang khususnya yang memiliki portofolio pada deposito," tutur dia.
Menurut dia, tren suku bunga rendah seperti dipangkasnya BI 7 day reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi tantangan kinerja Mandiri Dana Optima hingga akhir tahun. Kondisi tersebut ditambah penurunan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis poin menjadi 4,25% sehingga berpeluang membebani kinerja reksadana.
"Sebab, terdapat potensi penurunan suku bunga deposito pada bank yang dijadikan sebagai alokasi portofolio," ujar dia.




JAKARTA ID– PT Bursa Efek Indonesia mendorong pelaku pasar modal untuk memperkenalkan pasar modal melalui produk yang mirip dengan produk perbankan. Bursa menilai salah satu tantangan industri pasar modal saat ini adalah menambahkan perilaku berinvestasi menjadi orientasi finansial masyarakat dibandingkan hanya menabung.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nicky Hogan mengatakan, selama ini sebagian besar masyarakat hanya meilihat pasar modal dari sisi risikonya. Padahal pasar modal memiliki produk yang risikonya sangat kecil, yaitu reksa dana (RD) pasar uang.

“Produk reksa dana pasar uang bisa diadu head to head kinerjanya dengan produk perbankan,” kata Nicky di Jakarta, baru-baru ini.

Dia menegaskan, produk reksa dana pasar uang dapat menjadi jembatan untuk menyeberangkan masyarakat dari hanya sekadar menabung menjadi berinvestasi. Investasi harus menjadi kebutuhan masyarakat untuk menjaga asetnya dari inflasi.

Menurut dia, investasi di reksa dana pasar uang merupakan sarana paling sederhana dan mudah untuk disampaikan kepada masyarakat. Sementara itu, Presiden Direktur PT Indo Premier Securities Moleonoto mengatakan bahwa budaya menabung di bank di Indonesia sangat dominan.

“Hingga kuartal I – 2016 dana pihak ketiga dalam perbankan Indonesia sebesar Rp 4.700 triliun sedangkan jumlah dana kelolaan (asset under management/ AUM) reksa dana pasar uang yang mirip dengan tabungan dan deposito bank hanya sebesar Rp 31 triliun. Jumlah itu hanya 0,6% dari total dana pihak ketiga perbankan,” jelas dia.

Padahal, tuturnya, total AUM reksa dana pasar uang di Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 3,7 triliun dan total dana pihak ketiga bank sebesar US$ 12,4 triliun. Jadi, total AUM reksa dana pasar uang AS setara 30% dari total DPK banknya. Meskipun AS memang negara maju sehingga wajar data tersebut ada, tetapi di Indonesia seharusnya tidak setimpang saat ini karena Indonesia memiliki kemiripan dan potensi pasar yang besar.

Menurut dia, edukasi dan sosialisasi produk reksa dana pasar uang di Indonesia masih minim sedangkan mengubah kebiasaan masyarakat tidak bisa instan. ”Betapa masih kecilnya reksa dana pasar uang di negara kita dibandingkan dengan potensinya. Maka kampanye harus ditingkatkan. Sebenarnya ini mirip kok dengan tabungan bank,” ujarnya.

Meskipun mirip, reksa dana pasar uang tercatat memiliki return yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan dan deposito. Dalam satu tahun, reksa dana pasar uang rata-rata mencatatkan net return sebesar 7% - 7,5%. Padahal, bunga tabungan bank besar di Indonesia setahun gross 1% sedangkan bunga maksimal deposito 6% gross. ”Reksa dana pasar uang bisa dicairkan kapan saja sedangkan deposito jika dicairkan sebelum waktu jatuh tempo tidak akan mendapatkan bunganya,” tegas Moleonoto.

Saat ini, rata-rata membuka tabungan di bank sebesar Rp 500 ribu. Di reksa dana pasar uang seperti di Bung Dana bisa mulai dari Rp 100 ribu. ”Reksa dana pasar uang akan melengkapi ekosistem di pasar modal Indonesia. Pada akhirnya sebenarnya kita yakini akan bermuara ke saham juga. Ultimate goal-nya adalah ke saham. Itu akan dengan sendirinya ketika dimulai dari pasar uang,” ujar dia. (fik)


Jakarta. Investor memburu instrumen konservatif di awal tahun. Data Infovesta Utama , unit penyertaan Reksadana pasar uang tumbuh 29,25% year to dateApril 2016 atau tertinggi ketimbang jenis lainnya.
Unit penyertaan Reksadana pasar uang tumbuh dari 20,611 miliar unit pada Desember 2015 menjadi 26,63 miliar unit pada April 2016. Reksadanapendapatan tetap juga mencatat pertumbuhan unit penyertaan tinggi sebesar 12,31% dari 33,16 miliar unit menjadi 37,24 miliar unit.
Demikian juga dengan instrumen konservatif lainnya, yakni Reksadanaterproteksi yang mencatat pertumbuhan unit penyertaan 13,77% dari 58,011 miliar unit menjadi 66 miliar unit.
Sementara itu, unit penyertaan Reksadana saham hanya tubuh 2,23% dari 52,57 miliar unit menjadi 53,74 miliar unit pada periode yang sama. Unit penyertaanReksadana campuran juga hanya tumbuh 0,67% dari 13,11 miliar unit menjadi 13,19 miliar unit.
Pertumbuhan tinggi juga terjadi pada dana kelolaan Reksadana pasar uang sebesar 29,66% dari Rp 23,73 triliun menjadi Rp 30,7 triliun pada akhir April 2016. Demikian juga dengan Reksadana pendapatan tetap dan terproteksi yang mencatat pertumbuhan masing-masing 18,07% dan 15,85%.
Adapun dana kelolaan Reksadana saham dan campuran masing-masing tumbuh 3,46% dan 5,99%. Dana kelolaan Reksadana indeks justru mencatat minus 6,8% secara YTD April 2016.
Catatan Infovesta, unit penyertaan YTD April 2016 tumbuh 10,36% dari 181,93 miliar unit menjadi 200,77 miliar unit. Sedangkan total dana kelolaan tercatat tumbuh 11,31% dari Rp 258,85 triliun menjadi Rp 288,12 triliun.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo mengatakan tekanan pasar saham di awal tahun memicu investor memilih instrumen dengan risiko rendah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya tercatat naik 5,35% dari level 4.593 di akhir 2015 menjadi 4.838 di akhir April 2016.
"Reksadana pasar uang, pendapatan tetap dan terproteksi memiliki tingkat risiko yang relatif lebih rendah sehingga investor masuk," ujar Beben.
Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengaku mayoritas dana masuk atau subscrition terjadi pada Reksadana pasar uang dan pendapatan tetap di awal tahun ini. "Kedua Reksadana tersebut mencatat subscription lebih banyak dibandingkan Reksadana saham," ujar Soni, Jakarta, Minggu (22/5).
Rudiyanto, Head of Operation dan Business Development Panin Asset Management mengatakan kenaikan dana kelolaan dan unit penyertaanReksadana pasar uang ditopang oleh masuknya investor baru.
"Dana kelolaan Reksadana pasar uang kami masih kecil, sehingga penambahan dana kelolaan merupakan kontribusi investor baru," ujar Rudiyanto.
Genjot dana kelolaan
Panin Asset Management menargetkan bisa menggenggam kenaikan dana kelolaan menjadi Rp 16 triliun di akhir tahun. Rudiyanto optimistis kenaikan akan ditopang oleh membaiknya kinerja IHSG.
Sejumlah program pemerintah seperti realisasi tax amnestym kenaikan peringkat Indonesia serta membaiknya laporan keuangan emiten di kuartal II diprediksi akan menopang pertumbuhan IHSG,
"Dana kelolaan kami saat ini berkisar Rp 11 triliun, dimana ditopang sekitar 80% merupakan Reksadana saham dan 15% berupa Reksadana campuran, sisanyaReksadana lainnya," tutur Rudiyanto.
Sedangkan Soni mengatakan, Bahana menargetkan dana kelolaan bisa tubuh menjadi Rp 34 triliun atau naik dari posisi April 2016 yang berkisar Rp 33 triliun.
Menurut Beben, Reksadana dengan risiko rendah seperti pendapatan tetap dan terproteksi masih akan menjadi penopang pertumbuhan dana kelolaan dan unit penyertaan sepanjang tahun ini. Pasalnya, kedua Reksadana tersebut lebih dilirik oleh investor ketimbang lainnya.
"Sedangkan untuk Reksadana saham, diprediksi ada peluang kenaikan unit penyertaan mengingat strategi investor untuk melakukan averaging ketika terjadi unrealized loss dengan tujuan bisa mengurangi unrealized loss tersebut," ujar Beben.

INILAHCOM, Bandung - 25 Apr 2016
 Peminat investasi pada portofolio reksadana diproyeksikan positif tahun ini mengingat inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang membaik.
Dalam menjaring investor ritel pemula reksadana pun dinilai tidaklah sulit bagi manager investasi.
Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro mengatakan, dalam menjaring investor pemula yang baru berinvestasi akan diarahkan ke produk yang lebih aman. Langkah ini sebagai tahapan pembelajaran di reksadana.
"Saya kira produk reksadana pasar uang yang tepat bagi pemula. Setelah terbiasa, bisa ke reksadana saham meskipun hanya sedikit saja dari pendapatan," jelas dia di Bandung, Sabtu (23/4/2016).
Bagi dia, yang penting edukasi ke calon investor baru agar tertarik menanamkan investasinya ke reksadana. Terlebih, investor sudah terbiasa dengan saving di perbankan. Tentunya mereka akan mencari instrumen lain sebagai tempat investasi. Apalagi suku bunga simpanan terus ditekan turun.
"Ini peluang bagi manager investasi memasarkan reksadana," kata dia.
Adapun agen penjual reksadana dari produk Manulife, pihaknya menggandeng 20 mitra terdiri dari 18 bank dan 2 perusahaan efek.
"Kita sudah jual secara online. Kita enggak fokus target dana kelolaan karena sulit, tapi fokus target investor baru 13.500. Tahun lalu capaian dana kelolaan sebesar Rp44,6 triliun dengan total investor sebanyak 60 ribu yang aktif," imbuh dia. [jin]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2290578/reksadana-pasar-uang-dinilai-cocok-bagi-pemula#sthash.RMODAPEk.dpuf


per tgl 13 Feb 2016: Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang Januari 2016, reksa dana pasar uang mencatat penyertaan baru atau net subscription sebesar Rp3,01 triliun atau yang terbesar dibandingkan jenis produk reksa dana lainnya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan yang dikutip Bisnis.com, Jumat (12/2/2016),posisi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana  hingga akhir Januari 2016 mencapai Rp277,1 triliun, naik Rp5,1 triliun atau 1,9% dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan NAB ini dipengaruhi oleh aksi ambil posisi investor pada awal tahun yang ditandai dengan net subscription investor sebesar Rp3 triliun.
"Reksa dana pasar uang mencatat net subscription sebesar Rp3 triliun," tutur Kepala Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida, Kamis (11/2/2016).
Pada periode tersebut, 8 jenis produk reksa dana mencatat net subscription dan 7 jenis produk mencatat net redemption.
Selain reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap juga mencatat net subcription yang cukup besar, yakni Rp784 miliar.
Selain itu, net subscription juga terjadi pada produk reksa dana terproteksi sebesar Rp190 miliar, reksa dana campuran Rp77 miliar, reksa dana ETF saham Rp46 miliar, reksa dana indeks Rp14 miliar, dan reksa dana ETF-pendapatan tetap Rp1 miliar.
Adapun penarikan dana terbesar sepanjang Januari 2016 dilakukan oleh investor produk reksa dana saham, sehingga terjadi net redemption sebesar Rp405 miliar. Akibatnya, NAB reksa dana saham menyusut menjadi Rp104,10 triliun.
Pada lini syariah, dari 6 jenis produk reksa dana, hanya reksa dana syariah pendapatan tetap yang mencatat net subscription sebesar Rp138 miliar.
Lima produk lain mencatat net redemption, yakni reksa dana saham syariah Rp410 miliar, reksa dana syariah campuran Rp184 miliar, reksa dana syariah pasar uang Rp34 miliar, reksa dana syariah indeks Rp25 miliar, dan reksa dana syariah terproteksi Rp2 miliar.

per tgl 11 Sep 2015:



... saat TERENDAH, bukan SAAT TERBURUK, tapi SAAT TERINDAH untuk MERAUP LABA, juga di REKSA DANA PASAR UANG neh ...:)


kontan: 
JAKARTA. Fluktuasi pasar modal memicu manajer investasi meluncurkan produk yang relatif aman. Misalnya, PT Sucorinvest Asset Management menerbitkan reksadana pasar uang pada Desember 2015 mendatang.
"Pasar saham dan obligasi sedang jelek, maka kami menyiapkan produk pasar uang," ujar Direktur Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana, Rabu (21/10).
Wajar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara year to date (ytd) per September masih minus 19,19%.
Demikian juga dengan indeks obligasi pemerintah, minus 0,89% periode yang sama. Produk baru tersebut bernama Sucorinvest Likuid Fund.
Reksadana ini akan menggunakan Bank Mega sebagai bank kustodian. Sucorinvest Asset Management menerapkan strategi memperbesar porsi deposito sebagai aset dasar. Juga akan memburu obligasi bertenor di bawah satu tahun dengan tingkat pengembalian hingga jatuh tempo atau yield to maturity antara 8% hingga 9%.
"Sehingga produk ini bisa membagikan kupon 7% hingga 7,5% per tahun," ujar Jemmy.
Investor yang ingin masuk bisa mengalokasikan dana Rp 250.000 sebagai minimum investasi awal. Jemmy menargetkan bisa menggenggam total dana kelolaan Rp 50 miliar di satu tahun pertama. CIMB Principal Asset Management juga menerbitkan reksadana pasar uang bertajuk CIMB-P Cash Fund 2.
Direktur CIMB Principal Asset Management Gunanta Afrima mengatakan, produk ini akan diluncurkan Desember 2015. Bank kustodian juga menggunakan Bank Mega. "Strategi kami adalah masuk ke deposito dan instrumen pendapatan tetap yang jatuh tempo dalam satu tahun," kata Gunanta.
Return lebih unggul
Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga mengatakan, kinerja reksadana pasar uang hingga akhir tahun dibayangi menyusutnya suku bunga deposito. "Perbankan saat ini mulai memangkas suku bunga deposito," ujar Desmon.
Di samping itu, perlambatan ekonomi dan ketidakpastian ekonomi global juga akan berpengaruh terhadap kurang moncernya kinerja produk ini. Kendati demikian dia memprediksi, produk ini akan membagikan return lebih tinggi ketimbang jenis reksadana lain.
"Di tengah kondisi yang bergejolak, reksadana pasar uang akan lebih baik," tutur Desmon.
Analis Infovesta Utama Viliawati memperkirakan rata-rata return reksadana pasar uang hingga akhir tahun akan berkisar 6% hingga 7%. Kinerja tersebut lebih tinggi dibandingkan reksadana pendapatan tetap, yang diprediksi 2% hingga 4%.
Dua reksadana terbuka lain, yakni reksadana campuran dan saham diperkirakan akan mencatat kinerja negatif. "Reksadana saham diperkirakan minus 9% hingga minus 6% dan reksadana campuran minus 5% hingga minus 2%," papar Vilia .


JAKARTA kontan. Demi memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin berinvestasi dalam reksadana yang minim risiko, manajer investasi kerap menelurkan jenis produk reksadana pasar uang.
Salah satunya, Manulife Asset Management (MAMI) yang meluncurkan produk Manulife Dana Kas II pada 23 Januari 2009. Director of Business Development MAMI Putut Endro Andanawarih mengatakan, sesuai dengan jenisnya, perusahaan meracik komposisi aset dasar produk ini di instrumen pasar uang, efek utang jangka pendek yang usianya kurang dari setahun. Misalnya di deposito dan obligasi yang jatuh temponya tak lebih dari setahun.
Sebab, produk ini dirancang sebagai sarana belajar pertama bagi investor yang ingin mulai menaruh dananya di reksadana. “Risikonya paling kecil ketimbang jenis reksadana lain, sangat konservatif. Langkah awal sebelum investor masuk ke pasar modal yang lebih fluktuatif,” ujarnya.
Selain itu, jenis reksadana tersebut juga menawarkan fleksibilitas karena sifatnya yang gampang dicairkan. Oleh karena itu, produk ini akan memberikan imbal hasil alias return yang stabil. Itu pula sebabnya, menilik fund fact sheet per Juni 2015, sekitar 34,84% aset dasar Manulife Dana Kas II diputar dalam obligasi korporasi. Sisanya, 65,16% berupa instrumen pasar uang seperti deposito.
Sesuai kebijakan investasinya, produk yang sudah menghimpun dana kelolaan Rp 324,08 miliar per Juni 2015 ini leluasa menempatkan 100% dana kelolaannya dalam instrumen pasar uang.
Data Infovesta menunjukkan, secara year to date hingga Juli 2015, kinerja Manulife Dana Kas II tercatat 3,94%. Pencapaian tersebut di atas rata-rata return reksadana pasar uang yang tercermin pada Indeks Reksa Dana Pasar Uang (IRDPU) Infovesta, bertengger di 3,63% pada periode yang sama.
Putut mengklaim, perusahaan akan mempertahankan strategi portofolio saat ini. Sebab, mereka lebih mementingkan kualitas dan risiko instrumen pasar uang yang digarap. “Apalagi jumlah dana kelolaan Manulife Dana Kas II cukup besar sehingga memungkinkan kami memperoleh kupon yang kompetitif,” tuturnya. Selain itu, perusahaan juga menyebarkan asetnya ke deposito beberapa bank guna meminimalisir risiko.
Buktinya, return produk tersebut sudah cukup kinclong. Sayangnya, ia enggan membeberkan target imbal hasil Manulife Dana Kas II hingga pengujung tahun 2015.

Per Juni 2015, reksadana ini diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.161,55.
Nah, investor bisa mengoleksi reksadana ini dengan investasi awal senilai Rp 100.000. Pembelian selanjutnya juga minimal Rp 100.000. Manulife Asset Management tidak mengutip biaya pembelian, biaya penjualan, maupun biaya pengalihan.
Perusahaan hanya mengutip biaya pengelolaan maksimal 2% per tahun. Produk yang menggunakan bank kustodian Deutsche Bank tersebut juga memiliki biaya kustodian sampai dengan 0,25% setahun.
Analis Infovesta Utama Vilia Wati menilai, kinerja Manulife Dana Kas II tertopang oleh penempatan aset pada obligasi korporasi jangka pendek yang diduga memberikan kontribusi return lebih tinggi ketimbang efek pasar uang lainnya.
Proyeksi Infovesta, rata-rata return reksadana pasar uang antara 6% - 7%. “Kinerja reksadana Manulife Dana Kas II hingga akhir tahun 2015 berpotensi sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri reksadana pasar uang,” pungkasnya.
Sebab, lanjut Vilia, kupon obligasi korporasi umumnya lebih besar ketimbang suku bunga deposito. Meskipun pergerakan obligasi korporasi sedikit fluktuatif mengikuti pergerakan harga obligasi.
Serupa dengan sifatnya, ia menyarankan para investor untuk menahan produk ini dalam jangka pendek guna memenuhi kebutuhan likuiditas.
Editor: Yudho Winarto

per tgl 30 Juli 2015, +7% dalam 1 taon maseh (+7.20% seh):

per tgl 19 Juni 2015, +7 % dalam 1 taon, mungkin tidak menarik bwat yang suka reksa dana saham (karna bisa memberikan imbal hasil jauh lebe gede) ... bwat yang suka AMANnnnnnn, maka garis tren NAB reksa dana pasar uang Manulife Dana KAS II yang STABIL pasti menarik :


JAKARTA. Kinerja reksadana pasar uang mencapai level tertinggi dibanding raihan reksadana jenis lain. Mengutip data dari laman Infovesta Utama, indeks tahunan imbal hasil (return) reksadana pasar uang per 11 Mei 2015 senilai 7,1%. Angka ini merupakan yang tertinggi dibanding jenis reksadana lainnya yakni jenis saham yang hanya 4,7%, pendapatan tetap 5,33% dan campuran 4,1%.
Analis Infovesta Utama, Edbert Suryajara mengatakan, meski menjadi yang tertinggi, return reksadana pasar uang yang sebesar 7,1% masih sesuai prediksi. Menurutnya angka tersebut tergolong wajar mengingat dari tahun ke tahun return reksadana ini tidak jauh berbeda dengan level suku bunga Bank Indonesia (BI rate).
“Menjadi yang tertinggi lebih disebabkan koreksi di pasar modal yang sangat signifikan pada akhir April lalu, terutama di pasar saham yang menjadi pendorong utama koreksi,” papar Edbert.
Edbert berpandangan kinerja pada 2015 ini tak akan jauh berbeda dengan capaian tahun lalu. Menurutnya secara historis, kecuali pada tahun 2013, perubahan BI rate sepanjang satu tahun hanya sekitar 25 hingga 50 basis poin. Prediksinya perubahan BI rate tahun ini juga tidak akan jauh berbeda dari data historis tadi.
“Maka asumsinya bunga deposito tidak bergerak banyak tahun ini. MI masih bisa mendapat bunga deposito yang tidak jauh berbeda dibanding tahun lalu,” ujarnya. Ia memprediksi reksadana pasar uang tahun ini bisa konstan memberi return sekitar 7% pada akhir tahun 2015.

Editor: Sanny Cicilia

... gw inves @ MANULIFE DANA KAS II, n SCHRODER DANA LIKUID (YTD: +1,18%)


per tgl 27 September 2014, posisi NAB masing-masing (sila cek sendiri) : TREN NAB MDK II n SDL 2014